Mohon tunggu...
Taufiq Ashari
Taufiq Ashari Mohon Tunggu... Desainer - Siapa saya?

Seorang pria dengan wajah tanpa ekspresi, bercita-cita menjadi seorang wartawan namun nasib berkata lain dan akhirnya menjadi seorang karyawan biasa namun masih bisa menulis di jam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Sarjana Susah Mencari Pekerjaan?

24 Juni 2015   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10 5189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini polemik banget gan, banyak teman-teman gw yang sudah bergelar S1 di tempat kuliah ternama harus kebingungan sampai saat ini tidak mendapatkan pekerjaan, sedangkan bagi teman-teman yang hanya bergelar Diploma 3 sudah banyak yang bekerja dan gak susah-susah amat. Nyari kerja pada kenyataannya emang susah, gak semudah naro cv ke perusahaan besok dipanggil kerja, fyuuuh... dipanggil interview aja gak jaminan cepet. Gw sendiri lulusan D3 bekasan alumni kampus ruko alias bukan kampus keren bergedung, namun Alhamdulillah sudah 3 kali pindah perusahaan demi mencari karier.

Masalah pengangguran sangat mengkhawatirkan, apalagi penganggurannya bersarjana karena para lulusan sarjana sudah mengeluarkan duit puluhan juta demi gelar S1 akan tetapi belum juga menghasilkan pendapatan sebagai timbal balik apa yang pernah mereka keluarkan. Menurut mata belo gw sih ada yang salah dengan era sekarang, jaman 90an hingga 2000an awal, lulusan sarjana banyak yang dicari dan cepat dapat kerja, tidak separah saat sekarang yang menurut gw lebih banyak S1 yang nganggur daripada lulusan SMA, dalam arti pedagang asongan yang lulusan SMA bisa disebut pekerja dan bukan pengangguran. Pengangguran disini dalam arti yang realita, gak punya penghasilan sama sekali dan lebih miris lagi kalau tiap hari kegiatannya Cuma tidur sama main gitar jrang jreng jrang jreng, weeeh mirip banget anak-anak karang taruna dikomplek gw dulu, umur 24 tahun belum pada kerja malah asik ngegitaran di pos ronda, sedangkan rata-rata bapaknya masih kerja diperusahaan otomotif jepun, nah kalau ini siapa yang salah?

Gw sendiri pernah juga gawe di bidang HRD, padahal gw ga punya skill apalagi pengalaman buat jadi seorang HRD ya entahlah, dipercaya gitu aja karena di cv gw tertulis pernah menjadi ketua klub otomotif, mungkin itu faktor yang menjadi pertimbangkan gw menjabat sebagai seorang HRD. Walau Cuma bertahan 8 bulan saja karena gak sanggup mengelola karyawan yang lebih susah daripada mengelola member-member klub yang datang karena loyalitas dan pergi akibat kredibilitas. Balik lagi ke bahasan yang hangat hangat kuku ini, faktor utama kenapa banyak lulusan S1 menganggur adalah gengsi, yes... sok gengsi. Rata-rata orang yang lulus S1 dari universitas ternama memiliki keluarga dengan tingkat ekonomi yang baik bahkan sangat baik (kaya raya). Pola pikir mereka sudah diasupi oleh money oriented, maunya diperusahaan besar dan digaji besar pula walau tidak memahami situasi pekerjaannya seperti apa. Ini sebenarnya kesalahan besar banget lho, padahal banyak judul info lowongan pekerjaan memiliki syarat rincian yang salah satunya adalah minimal pengalaman kerja, kenapa pengalaman kerja itu berharga? Itu semua sebagai tolak ukur para pencari kerja apakah dirinya bisa kerja atau tidak.

Pengalaman kerja harus dimiliki minimal 1 tahun karena berhasil atau tidaknya seseorang diruang lingkup kerja bisa dinilai setelah 1 tahun, jika para pekerja baru 3 atau 5 bulan sudah resign dari perusahaan ada kemungkinan dia gak betahan (efek malesnya masih ada), gak suka challenge (padahal pekerjaan adalah tantangan) dan biasanya tidak bisa mengendalikan keadaan (ruang lingkup kerja harus kita yang atur). HRD akan menilai para pelamar sebagai pencari kerja yang buruk jika pengalaman kerjanya tidak ada yang lebih dari setahun, apalagi banyak kerja dibeberapa perusahaan tapi Cuma seumur jagung (hhhmm... gw lupa jagung umurnya sampai berapa). Balik lagi ke kasus gengsi, biasanya yang gengsian ini males banget kerja di pabrik baru yang belum ternama apalagi gajinya UMR, pasti didalam otaknya langsung “yaelah ngapain gw ambil, toh gw ga gawe bokap juga masih ngasih duit, malah lebih gede dari ini” trust me, inilah yang terjadi pada anak jaman sekarang. Beda banget sama lulusan SMA atau D3 yang notabene nya mau cepat-cepat dapat kerja berapapun gajinya ya minimal UMR dan perusahaan lebih menyukai tipe pencari pekerja yang kaya gini guys, bisa dibayar seusai umr dan hasil kerjanya bagus. Kalau pencari kerja sudah memikirkan uang, perusahaan akan balik bertanya balik “apakah kamu pantas dibayar 5 juta dengan kehidupan yang belum memiliki pengalaman kerja?” atau coba berpikir balik andaikan kamu para S1 menjadi perusahaan, apakah mau ngegaji orang 5 juta tanpa punya pengalaman? Hei pasti bakal berpikir ulang karena perusahaan gak boleh hambur-hamburin uang buat orang yang belum pasti bisa membawa perusahaannya maju.

Selain gengsi, ada faktor yang membuat HRD merasa keberatan memanggil kamu buat interview saat melihat CV kamu yaitu faktor Hasil. Kan saya belum kerja, kok sudah dipertanyakan hasil? Ini pertanyaan yang salah banget, faktor hasil bisa kita dapat saat kita kuliah kok, misalnya gw selama kuliah membangun organisasi kampus, menjadi ketua di organisasi kelompok penanam padi, atau pernah menjadi anggota komunitas penulis dengan pengalaman sering mengikuti forum dan pelatihan, nah itu semua adalah hasil. Lebih bagus lagi, selama kamu kuliah hingga mencari pekerjaan kamu memiliki dunia bisnis sendiri, gak perlu gede-gede lah yang penting kamu punya, misalnya peternakan burung dara atau jual beli batu akik plus kamu jualannya online, berarti kamu menguasai bisnis jaman sekarang. HRD selalu tertarik dengan pengalaman organisasi, hobi hingga sebuah pertanyaan “mas ngapain aja selama menganggur?”. Ada pengalaman gw diterima bekerja diperusahaan elektronik yang mempunyai nama karena hobinya sama dengan si HRD yaitu hobi motor klasik atau ya lebih mirip dengan penyuka modifikasi roda dua. Pengalaman organisasi sebagai anggota karang taruna udah gak jaman, apalagi pengalaman pernah menjadi seketaris RW, duuh gak deh. Sekarang sudah banyak komunitas kreatif anak-anak muda yang positif, sehingga kamu bisa belajar tentang kehidupan bersosial dan bukan menjadi seorang apatis apalagi antisosial. Pekerjaan yang kamu lamar sebenarnya sejalan dengan bakat dan apa yang pernah kamu ikutin, misalnya kamu melamar pekerjaan di bidang mekanik lalu di cv kamu tertulis pernah jualan sparepart atau ikut komunitas otomotif baik motor atau mobil dan pernah ikut pelatihan ngebengkel bersama komunitas, yang kaya gini hrd bakal tertarik sob. Gw pribadi selalu menulis di cv pengalaman organisasi, hobi menulis, mempunyai toko online, rajin ngeblog dan ngaskus bahkan ada secuil pengalaman ikut training sebagai digital marketing dan klop langsung aja HRD di tempat gw bekerja tertarik dan Alhamdulillah sudah bekerja di Digital Marketing & Social Media.

 

Lulusan S1 bukan jaminan karir bakal lebih baik, beberapa perusahaan lebih mementingkan karyawan yang memang bisa bekerja penuh ide dan cepat bukan seorang pekerja yang selalu menolak permintaan atasan dengan dalih enggak bisa padahal pekerjaannya yang akan diberikan sejalan dengan mata kuliahnya. Tidak sedikit juga lulusan S1 hanya dari gelar, bukan prestasi nilai atau kesuksesannya mengerjakan tugas akhir dan skripsi. Jaman sekarang apa-apa bisa di copy paste termasuk skripsi, apalagi nemu dosen pembimbing atau penguji yang udah bosan dengan test test para mahasiswa sehingga hanya berpedoman dia rajin masuk maka kelulusan tercapai, bodo amat sama skripsinya, gw gak ngerti dia ngomong dan nulis apaan.

 

Faktor selanjutnya adalah malas, padahal dicerita komik maupun kitab suci apapun tertulis bahwa malas merupakan titik awal kehancuran manusia. Elu nulis CV seketiknya, apalagi ada yang nulis cv pake tulisan tangan, hadeeuh gak mau usaha banget cari warnet buat ngetik lalu ngeluarin duit buat ngeprint. Tulisan tangan di CV sudah dianggap hal yang gak banget bagi HRD karena HRD bakal pusing bacanya dan lebih suka membaca lamaran dari email dengan subjek sesuai dengan pekerjaannya, jangan sampai kamu ngirim email lamaran dengan subjek Lamaran Saya Pak, CV Budi Prasetyo Berpengalaman, atau Mohon Diterima Pak Butuh Kerjaan. Bakal langsung di delete tanpa perlu dibaca, penulisan email untuk lowongan pekerjaan biasanya Cuma simple aja kok cukup tulis lowongan yang akan dilamar misal Marketing Support, IT Specialist, Account Executive, simple dan jelas karena para HRD akan langsung mengkelompokan subjek email tersebut untuk disaring ke bagian-bagian departemen yang membutuhkannya. Buatlah CV semenarik mungkin tapi gak berlebihan, buatlah yang agak modern dikit tidak standar-standar tulisan saja, selain itu lengkapi data selengkap lengkapnya namun sesuai dengan kebutuhan identitas karena tidak perlu menulis bintang lahir, shio ataupun makanan favorit, kalau hobi? Perlu ditulis karena hobi bisa dijadikan penilaian HRD atas habit kamu.

Malas mencari kerja, ya gimana mau dapet kerja kalau gak dicari padahal media untuk pencarian kerja sudah lebih praktis ketimbang jaman komputer masih DOS atau windows 90. Banyak perusahaan yang malas nerima lowongan pekerjaan dari amplop cokelat bertali karena sudah pasti rata-rata isinya tulisan tangan, pengalaman gw sebagai HRD ya gitu gan. Apalagi jika kamu berfikir dengan cara berkeliling di kawasan industri lalu mengajukan lamaran via pos satpam perusahaan, cv kamu bakal dibaca? 80% cv kamu Cuma jadi hiasan tempat sampah itu pun gak sedikit juga satpam yang iseng langsung buang cv kamu bahkan cv kamu bakal dibongkar-bongkar jika sang pelamar cewek cakep, fotonya disimpen buat bahan fantasi. CV adalah surat berharga karena berisi data diri kamu yang sifatnya personal, makanya pihak perusahaan lebih mengutamakan pelamar yang mengirim cv nya via email biar bisa langsung dibaca tanpa harus nyuruh satpam buat bawain tumpukan cv keruangan HRD. Pihak HRD akan mengecap kamu malas jika saat pertama kali interview dengan tampilan apa adanya, kemeja lecek, muka kumel, gak semangat dan saat disapa gak ada ramah-ramahnya. Sebenarnya sudah gak jamannya lagi datang interview dengan baju kemeja putih dan celana bahan serta pantofel kecuali di perusahaan tersebut sudah menulis aturan bakunya namun apabila hanya disuruh berpakaian rapih, lebih baik kamu menggunakan kemeja rapih gak usah warna putih polos, celana panjang rapih (biasanya ada yang memperbolehkan jeans tapi gak ketat) biar aman mending pakai celana bahan rapih. Semangat sudah pasti, tebar senyum walau interviewer nya cemberut ketus bahkan terlihat ingin ngeludahin kamu.

Jika anda berpikir “gw kan S1, test-test pekerjaan mah gampang” weeeits belum tentu juragan, biarpun bisa menjawab semua pertanyaan yang ada tapi ada faktor penentunya lho. Ini pertanyaan menjebak yang banyak dijawab para pelamar non pengalaman, “kamu mau digaji berapa?” lalu dengan tampang gak berdosa bilang “berapa saja pak, sesuai kebijakan perusahaan”, jawaban seperti ini salah besar ternyata sob. Ibaratnya kita datang keperusahaan menjual barang, barang itu adalah diri kita, kalau harga barangnya gak jelas berarti barang yang kita jual gak berkualitas. Coba deh lihat pedagang barang-barang antik. Dia akan kekeuh jual barangnya karena antik, punya historis yang tinggi apalagi kalau memang barang tersebut berguna bagi sang pembeli, akan dibeli berapapun harganya. Kamu harus menjawab berapapun yang kamu inginkan dan dapatkan selama masih masuk diakal, kalau masih baru dan belum pernah kerja sih mendingan jawab aja (UMR + 300RIBU) misal umr 2.8jt ditambah 300ribu sehingga menjadi 3.1juta, biasanya HRD akan nego dan sepahitnya nego gak bakal dibawah UMR, kalau dibawah UMR berarti perusahaannya telah menyalahkan peraturan pemerintah soal tenaga kerja, cabut aja dari lokasi sob kalau kaya gitu. Tidak apa-apalah diberikan gaji UMR, itung-itung cari pengalaman kerja, nanti setelah 5 bulan kamu memiliki kehebatan dalam bidang pekerjaan yang kamu geluti, keluarkan dan apabila hal itu membuat atasan kamu senang, gak ada salahnya kamu nego gaji apalagi jika memang kamu akan dikenakan kontrak kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun