Mohon tunggu...
tauvikel
tauvikel Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang belajar menulis, aktifitas sehari hari bekerja di kantor swasta, kegemaran membuat doodle, coret coretan, gambar tidak bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

L3words#1: Pahlawan Tak Terkenal, Mati Pun Tak Daftar Ulang

16 Agustus 2014   17:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408157853391046129


“Bapak tidak pernah mengajari anak anda tentang sejarah..” ujar guru anakku. Ya, yang aku tentang sejarah adalah Komarudin yang salah menyerbu tentara Belanda di Yogyakarta pada tanggal 28 februari 1949 dalam film Janur Kuning, kisah Letkol Soeharto yang ganteng dan berwibawa. Aku hanya ingat asap keluar dari mulut Aidit dan kata-kata “darah itu merah jenderal” di film G 30 S PKI. Selebihnya tentang sejarah negeri ini aku merasa buta, buta dan sejarah seperti Temon di salah satu adegan di film Serangan Fajar ketika dia bertanya pada emaknya di depan tugu Monas dengan wajah bengong ”Jakarta nya mana mak ?”. “yaa ini Jakarta… mon”. Aku pun menjawab “Saya tidak tahu sejarah pak guru..karena itu anak saya sekolah di sini pak” bapak guru anakku mengangguk angguk dan kumisnya bergerak-gerak.

Aku dipanggil ke sekolah, kata guru anakku yang menelponku, anaku telah membuat ulah yang membahayakan negara, ngeri sekali. Tergesa luar biasa aku mengendarai motor ke sekolah anaku pada waktu istirahat makan siang. Ulah membahayakan negara seperti apa yang dilakukan anak kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, apa anaku ikut jaringan teroris.

“Anak bapak telah menghina para pahlawan…terutama guru-guru yang dikenal dalam lirik lagu Hymne Guru sebagai..pahlawan tak dikenal…ingatkah bapak liriknya; …engkau adalah pahlawan tanpa tanda jahasa….itu maknanya sama dengan pahlawan tak dikenal” kata guru sesampainya aku di sana. Anaku duduk di depan guru dan Bapak Kepala Sekolah. Aku penasaran “bisa bapak jelaskan?”. Kata guru anaku, anaku telah menghina para pahlawan dengan lirik lagu yang dia nyanyikan saat pentas peringatan 17 Agustus di sekolah pada pentas seni penutupan lomba memeperingati hari kemerdekaan. Bapak guru menyuruh anaku mengulang lagi lagunya, anaku menyanyikan dengan irama Rap dengan nada datar ;

…..Pahlawan tak terkenal mati pun tak daftar ulang

Mungkin mereka tidak membuat poster bertuliskan datanglah bersamaku ..ini aku sang pejuang.

Ini kartu namaku, lihat posterku di jalan, lihat aku di TV ayo bersamaku berjuang

Kenalan dulu sebelum berjuang, terkenal duluan di iklan sebelum berjuang

Pahlawan nggak terkenal mati pun tak daftar ulang…..

Pahlawan tak terkenal tidak menyebar kartu nama saat berperang, tidak berfoto, tidak berposter…

Lagu macam apa itu..tolong pak beri peringatan pada anaknya..jangan pernah menghina pahlawan, karena pahlawan di masa perjuangan kita bisa merdeka”, pesan bapak guru dan anaku di suruh di rumah dulu 2 minggu skorsing untuk menghafal nama-nama pahlawan di rumah.

Aku mengajak anaku makan siang di sebuah warung sebelum mengantarnya pulang, anaku mulai membela diri “Pak Guru tidak mencerna lirik laguku pah…aku mengangkat bahasa kampanye yang muluk-muluk..yang jagoan…..”.

“Mungkin gurumu juga salah satu pejuang yang menyebar kartu nama dan poster duluan sebelum berjuang,sudahlah, kalau begitu terus gurumu pikiran murid murid di sekolahmu ini tidak akan merdeka cara berfikirnya…Papa sedang berfikir bagaimana kalau kamu sekolah musik juga”. Anaku tersenyum, katanya “Papa pahlawanku…”

“Ya memang papa pahlawan…kalau ada tukang kredit ke rumah menagih angsuran yang telat, mamamu teriak “Pah..lawan !”.

“Ya mama berarti ‘mahlawan’..Kalau Papa belanja ke pasar dan yang jualan susah ditawar, papa bilang ke mama .. mah lawan..”.

“Kalau pak guru tadi ada masa perjuangan dan sudah ada digital printing, mungkin dia akan membuat spanduk “HADIRILAH DAN SAKSIKAN SAYA SANG PEJUANG AKAN MELAWAN PENJAJAH PADA HARI DAN TANGGAL BERIKUT INI….DON’T MISS IT…BE THERE”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun