Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Rumah Perubahan

Siang Konsultan. Malam Kuli Tinta Jadi-Jadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaga Jarak

21 Maret 2020   10:06 Diperbarui: 21 Maret 2020   11:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tepat satu minggu pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk 'jaga jarak' (social distancing). Anak-anak libur sekolah, pekerja kantor bekerja dari rumah (work from home), jalanan sedikit lengang, angkutan umum sedikit lapang, dan aktivitas di keramaian pun berkurang signifikan.

Tak banyak yang menyangka, kondisi ini hadir di depan kita. Yang semula banyak anggapan kalau kita baik-baik saja, nyatanya semua berubah sekejap mata. Banyak pula yang menduga, berapa lama kondisi ini akan berlangsung. 

Satu bulan? Satu semester? Satu tahun? Tak ada yang tau pasti. Kesiapan dan kelapangan hati kita dalam merespon disrupsi ini, sangat menentukan kondisi seperti apa yang akan kita alami nanti.

Setidaknya, masih ada hal-hal baik yang bisa kita petik. Tak bisa kemana-mana ternyata sedikit membukakan mata, kalau kondisi ini pun hanya sementara. Dan sebetulnya ada lima hal yang tetap bisa dilakukan, agar kita percaya, yang selama ini dibiasakan bukanlah hal yang sia-sia.

Memangnya apa saja?

Lima saja. Mungkin ada ratusan aturan lain di luar sana. Beberapa baik. Tak sedikit pula yang diragukan kebenarannya. Kamu pun bebas memilih yang mana. Tapi, bagi saya lima saja cukup.

Pertama, melindungi diri sendiri berarti melindungi orang lain. Tujuan utama dari 'jaga jarak' ini memang harus dipahami bukan cuma untuk melindungi diri sendiri, melainkan perlu dilakukan agar orang lain pun terlindungi. Siapa? Orang-orang yang lebih rentan. Seperti istilah, yang muda yang kuat. Yang muda bisa menularkan kepada yang lebih tua. Yang lebih rentan. Maka, spektrum 'jaga jarak' ini perlu dipahami juga sebagai upaya & kepedulian kolektif kita untuk melindungi orang lain.

Kedua, mari dengarkan apa kata 'orang pintar.' Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang selama ini berada di garda terdepan penanggulangan wabah. Dokter, perawat, ahli kesehatan, ilmuwan, & orang-orang yang berjasa, menundukkan kepala, menguatkan tekad, & mengedepankan keselamatan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dengarkan apa kata mereka. Turuti imbauannya. Ikuti prosedur kesehatan yang berlaku. Karena di saat-saat seperti ini, harga atas ketidakpedulian & ego kita sebagai makhluk yang selalu merasa serba tau terlalu tinggi untuk dibayar.

Ketiga, kalau merasa sakit, jangan coba-coba, diam saja di rumah. Imbauan yang sederhana, terdengar mudah, tetapi bagi sebagian orang masih sangat sulit untuk dilakukan. Saya tak berminat untuk berdebat apa alasan di balik itu. Namun, di kondisi sekarang, saatnya kita guyub untuk mengurangi risiko (ingat aturan pertama). Bukan malah ramai-ramai mengajak celaka karena arogansi dan sok merasa benar sendiri.

Keempat, 'jaga jarak' berdimensi fisikal, bukan emosional. Masa 'jaga jarak' adalah waktu terbaik untuk menjalin kembali tali silaturahim dengan kerabat, keluarga, orang tua, sanak saudara, teman lama, & orang-orang terkasih. Selama teknologi & internet masih ada, langkah ini tentu bukan hal yang sulit. A simple 'hi' sembari bertanya kabar mereka akan memberikan kegembiraan, kehangatan, rasa aman, dan kesetiakawanan yang mengesankan kalau mereka tak sendiri melalui ini. Sapa mereka sekarang juga!

Kelima, ada kaitannya dengan ukuran. Metriks. Karena seringkali kita bingung. Ya 'jaga jarak.' Tapi seberapa berjarak? Ternyata dua meter saja. Dimensi spasial ini penting diketahui karena jarak percikan atau semburan cairan tubuh yang keluar melalui batuk dan bersin adalah dalam radius enam kaki (180cm). Maka, ketika kamu memutuskan untuk pergi ke super market, mengantre, duduk di angkutan umum, meeting dengan klien, atau berada di keramaian, pastikan jarak aman dua meter-mu terjaga. Untuk saat ini, biarkan radius ini menjadi personal space-mu, yang tak seorang pun bisa masuk begitu saja (ingat aturan pertama).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun