Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Rumah Perubahan

Siang Konsultan. Malam Kuli Tinta Jadi-Jadian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengajar dan Rekreasi di Pedalaman Cilacap

24 Agustus 2015   18:56 Diperbarui: 24 Agustus 2015   18:56 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat kemerdekaan yang ketika masa-masa penjajahan dulu diperjuangkan oleh para pendahulu bangsa perlu dilanjutkan. Keberlanjutan semangat ini ketika dikorelasikan dengan perkembangan zaman memerlukan jiwa-jiwa muda yang dinamis. Ini diperlukan guna menjawab berbagai kondisi relevan yang tengah terjadi di masyarakat seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan, khususnya di daerah-daerah terpencil di pelosok negeri.

Berangkat dari kesadaran tersebut, puluhan pemuda yang tergabung dalam pasukan relawan 1000 Guru Semarang, pada tanggal 21 hingga 23 Agustus 2015, berpartisipasi dalam kegiatan perjalanan dan pengajaran rutin atau Traveling and Teaching (TNT) 4 di Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah. Bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-70, 1000 Guru Semarang melibatkan putra-putri dari berbagai daerah, latar belakang, dan profesi untuk turun langsung ke pedalaman di Jawa Tengah untuk menebar semangat dan optimisme kemerdekaan.

Widi Ari Prastyo, seorang wiraswasta asal Semarang, selaku koordinator pelaksana kegiatan mengatakan, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang perlu dibagikan kepada sesama. “Para relawan yang tergabung nantinya akan berbagi pengetahuan dan keceriaan dengan anak-anak yang jauh dari hiruk-pikuk kota-kota besar” kata Widi. Tidak kurang, sekitar 24 peserta yang telah terjaring melalui mekanisme seleksi memiliki kesempatan untuk merasakan bagaimana suasana di pedalaman yang belum pernah didatangi sebelumnya.

Mengajar di pelosok

Kampung Laut merupakan nama sebuah kecamatan yang berada di ujung Barat Pulau Nusakambangan, tepatnya di Desa Klaces. Untuk mencapai tempat tersebut, para relawan TNT 4 1000 Guru Semarang melewati jalur laut dengan menggunakan compreng atau jungkung. Compreng merupakan kapal dengan kapasitas sekitar dua puluh orang. waktu tempuh yang dibutuhkan kurang lebih selama 1,5 hingga 2 jam perjalanan dari Pelabuhan Seleko Cilacap.

Selama di perjalanan menggunakan compreng, para relawan disuguhkan dengan pemandangan Laguna Segara Anakan yang memanjakan mata. Sejauh mata memandang adalah hamparan hutan mangrove yang keberadaannya masih asri dan terjaga. Setelah dimanjakan dengan hijaunya lingkungan laguna, compreng kemudian memasuki sebuah desa yang bernama Desa Ujungalang.

Desa Ujungalang merupakan desa terbesar dari empat desa yang ada di Kampung Laut. Sekurangnya terdapat 1500 jiwa atau 375 kepala keluarga yang menempati desa tersebut. Untuk kegiatan yang akan berlangsung, para relawan 1000 Guru Semarang akan mendatangi sejumlah sekolah yakni SDN Filial 1 dan 3 Ujungalang.

Setelah beristirahat selama satu malam di rumah penduduk setempat, tepat keesokan harinya, Sabtu 22/8, para relawan bergegas mendatangi sekolah dasar untuk memulai kegiatan. Untuk mencapai SDN Filial 1 Ujungalang, para relawan menempuh jalur darat dengan berjalan kaki ke arah timur selama kurang lebih 45 menit perjalanan dari rumah singgah. Sedangkan SDN Filial 3 Ujungalang memiliki jarak yang relatif cukup dekat dengan waktu tempuh sekitar 5 menit.

Para relawan kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang bertugas untuk membimbing para siswa dari jenjang kelas yang berbeda, yakni kelas 1 dan kelas 2 sekolah dasar. Materi pengajaran yang diberikan meliputi pembacaan nama-nama hewan dan pelafalan bahasa inggrisnya, penulisan huruf tegak bersambung, penghitungan bilangan sederhana, menyanyikan lagu kebangsaan, pengenalan profesi dan pembelajaran sikap, serta motivasi belajar.

Antusiasme murid yang terlibat dalam kegiatan TNT 4 1000 Guru Semarang sangat tinggi. Keceriaan terpancar dari wajah para murid meski pada awalnya beberapa di antaranya kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan orang asing. Materi-materi yang dipersiapkan dapat disampaikan dengan optimal. Antusiasme semakin tinggi ketika memasuki modul pengenalan profesi dan motivasi. Ini bertujuan untuk membuka wawasan para murid mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada dan memicu semangat untuk menggapai cita-cita. Jelas para murid, di tengah keterbatasan yang dimilikinya saat ini, memiliki mimpi dan cita-cita yang besar ketika dewasa nanti. Kegiatan mengajar dalam kelas tersebut ditutup dengan pembagian tas sekolah beserta alat tulis dan motivasi belajar bagi para murid oleh para relawan.

Pengobatan gratis

Selain melakukan kegiatan di dalam kelas, sejumlah relawan yang tergabung dalam tim kesehatan yang terdiri dari tiga orang dokter menyelenggarakan pengobatan gratis bagi warga yang membutuhkan. Hingga tengah hari, tidak kurang tercatat sebanyak 106 warga hadir untuk melakukan konsultasi kesehatan dan menerima tindakan medis. Sebagian besar warga mengeluhkan gangguan kulit seperti gatal-gatal. Ini terjadi karena kurangnya sanitasi warga dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Ardhina Nur Pramudhita, seorang dokter muda asal Solo yang berpartisipasi dalam pemberian layanan kesehatan gratis tersebut mengatakan, koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam pengadaan fasilitas kesehatan di pelosok penting untuk dilakukan. “Tempat-tempat layanan kesehatan, seperti puskesmas dan bidan desa, penting ada agar kasus-kasus kesehatan yang ditemui bisa segera ditindaklanjuti” kata Dhita.

 

Foto oleh: 

ARDHANA RESWARI - MOCHAMMAD IQBAL TAWAKAL

 

MOCHAMMAD IQBAL TAWAKAL
Twitter: @sitawakal
Email: miqbaltawakaal@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun