Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Bertengkar" Berdua Lebih Baik daripada Damai Sendirian

23 Desember 2021   07:13 Diperbarui: 23 Desember 2021   09:06 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebih baik bertengkar berdua daripada damai sendirian (tempo.co)

Pernahkah Anda bertengkar, bersitegang atau sejenisnya dengan pasangan, adik, kakak atau keluarga Anda? Kalau pernah maka saya ucapkan selamat! Tandanya Anda masih hidup bersama orang lain di sekitar Anda. Apalagi orang lain itu adalah orang tercinta Anda.

Kalau jawaban Anda tidak pernah, maka khawatirlah, jangan-jangan Anda termasuk orang yang sering senyam-senyum sendiri sambil melihat layar kecil di depan Anda.

Dalam sebuah pelatihan yang pernah saya bawakan, seorang peserta bertanya bagaimana caranya agar tetap terlihat "akur" dan tidak bertengkar dengan keluarga, pasangan dan seterusnya. Alih-alih mendapatkan jawaban, saya justru mendukungnya untuk tetap konsisten dalam "bertengkar" dan "berbeda" dengan orang-orang yang selama ini ada di sekitarnya.

Ya, minimal ada 3 alasan kenapa hal itu harus dipertahankan.

1. "Bertengkar" berdua lebih baik daripada damai sendirian.

Coba jawab dengan jujur, adakah di dunia ini orang yang tidak pernah "bertengkar" dengan orang-orang terdekatnya? keluarganya? atau bahkan pasangannya? Rasanya masih lekat di ingatan kita kalau hanya gara-gara remot TV saja banyak orang bertengkar. Hebatnya, ini mungkin terjadi dari zaman ke zaman.

Lalu coba resapi lagi, ketika masa itu berlalu, remot TV tersedia untuk Anda nikmati tanpa ada yang mengganggu, apakah nikmat pada saat itu menonton TV? Coba Anda jawab sendiri saja. Saya sudah punya jawaban sendiri.

Ya, "bertengkar" berdua selalu lebih baik daripada damai sendirian. Coba resapi lagi makna yang terkandung dalam "pertengkaran" itu.

2. "Bertengkar" bukti kepedulian

Jangan-jangan, jika Anda "bertengkar" di kantor, itu karena rekan Anda (atau Anda sendiri) sangat memperhatikan orang lain (teman Anda) dalam keseharian di kantor. Kalau Anda tidak peduli dengan orang lain, maka mustahil Anda "iri" dengannya. Mustahil juga Anda akan memperhatikan pencapaiannya dan seterusnya. 

Singkatnya, semakin Anda peduli dengan seseorang, apakah itu karirnya, kecerdasannya dan seterusnya, maka potensi Anda "bertengkar" dengannya selalu ada. Jangan fokus pada "pertengkarannya", tapi fokuslah pada kepedulian di dalamnya. Bahkan, meskipun ada orang yang tidak suka dengan pencapaian Anda di kantor, di sekolah atau di mana saja, pahamilah kalau orang itu sebenarnya sedang sangat peduli dengan Anda. Jadi, tersenyum dan berbahagialah. Jangan membenci, justru tebarkan kasih dan kebaikan kepadanya.

3. "Bertengkar" adalah tanda kalau ia masih ada

Seorang teman bercerita kalau ia pernah bertengkar dengan orangtuanya karena berbeda cara pandang menatap masa depan. Setelah beberapa teman memberinya nasihat dan masukan, ada seorang teman yang memberinya masukan yang sangat menohok.

"Brader, bersyukurlah dengan pertengkaran ini dan segeralah minta maaf dengan orangtuamu. Bersyukur karena kau harusnya sadar kalau orangtuamu berarti masih ada karena masih bisa bicara dan menasihatimu. Jika sudah tiada, takberguna lagi tangisanmu selain doa. Minta maaflah." 

Mendadak teman tadi permisi pulang dan tidak kembali lagi.

***

Sepi itu terkadang perlu untuk menenangkan tapi kesepian seringkali menyedihkan. Pertengkaran itu sekilas menyulitkan dan menyusahkan tapi justru terkadang itu perlu untuk menyadarkan kita betapa indahnya kebersamaan.

Sayangi orang yang ada di sekitarmu sekarang sebelum waktu yang memisahkan kita. Ucapkan cintamu padanya setiap hari sebelum lidah kelu dan mustahil lagi mengucapkannya. Bagaimana dengan Anda, masihkah menganggap "pertengkaran" itu sebuah keburukan, atau sudah mulai menyadari indahnya? Anda yang paling tahu situasi Anda saat ini.

Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you

TauRa
Rabbani Motivator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun