Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tiga Kata Tersulit untuk Diucapkan

17 Agustus 2021   19:51 Diperbarui: 17 Agustus 2021   19:55 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahami tiga kata tersulit untuk diucapkan (lpmdinamika.co)

Sebuah penelitian terhadap puluhan anak-anak di Inggris yang diberi pertanyaan dari sebuah soal cerita bahkan membuktikan, 76% dari mereka menjawab soal yang tidak ada jawabannya dengan begitu yakin kalau mereka tahu jawabannya.

Singkatnya, banyak orang begitu yakin kalau mereka tahu tentang banyak hal. Di lain sisi, banyak orang yang begitu takut atau sulit mengatakan kalau "saya tidak tahu" dalam banyak hal. Sebabnya bisa apa saja. Tapi poinnya adalah, kita seringkali merasa tahu lebih banyak di banding tidak tahu banyak hal.

Cirinya sederhana. Orang yang merasa tahu banyak hal begitu mudah melancarkan "serangan" kepada orang lain. Apa bentuk "serangannya" itu soal lain. Tapi mudahnya, ketika kita menyaksikan seseorang "menyerang" orang lain, maka jangan-jangan dia sudah menjadi pribadi yang "tahu banyak hal".

Sebagai renungan, lihatlah bagaimana seorang tokoh alim yang bernama Imam Malik ketika ditanya oleh muridnya tentang sebuah pertanyaan. Jawaban "tidak tahu" nya jauh lebih sering terdengar daripada jawaban "tahu" nya. Padahal, dia adalah satu dari sedikit ahli ilmu yang diakui keilmuannya di zaman itu. Singkatnya, dia lebih senang menjadi pribadi "tidak tahu" untuk kemudian terus menggali ilmu daripada "menjadi tahu" dan merasa lebih baik.

Lalu pertanyaannya, bagaimana dengan kita? apakah kita masih merasa tahu banyak hal sehingga dengan mudah menghakimi, merendahkan, mengkritik (destruksif) dan merasa lebih baik dari orang lain? Atau justru kita mulai sadar kalau kita sebaiknya harus sering mengatakan "aku tidak tahu" karena memang seperti itulah keterbatasan ilmu kita?

Ya, pilihan kita terhadap apapun pada akhirnya seringkali menentukan kualitas kita.

Semoga bermanfaat

Salam bahagia

Be the new you

TauRa

Rabbani Motivator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun