Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini 3 Cara Memaknai Kabar Duka

22 Juli 2021   21:01 Diperbarui: 25 Juli 2021   01:30 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini 3 cara memaknai kabar duka (sumber: eugenesergeev via kompas.com)

Anda pernah merasakan ada keluarga yang meninggalkan Anda? Atau Anda pernah diberhentikan dari pekerjaan sehingga merasa "berduka"? Atau minimal Anda pernah mendengar kabar duka dari tetangga atau teman Anda? 

Ya, pasti hampir setiap kita pernah. Entah itu sebagai korban (yang tertimpa kabar duka) atau sebagai rekan (yang merasakan kabar duka orang lain).

Lalu pertanyaannya, bagaimana cara Anda memaknai kabar duka itu? Sulit diungkapkan? Baiklah. Jika sulit, biarlah saya yang mengungkapnya. Semoga bisa mewakili Anda. Atau minimal bisa Anda coba manakala terjadi hal itu.

Minimal ada 3 cara kita memaknai kabar duka. Markililede (mari kita lihat lebih dekat).

1. Lepaskanlah

Jika Anda mendengar dan merasakan duka, maka jangan ditahan. Lepaskan di dalam jiwa Anda. Jangan Anda pendam. 

Sesuatu yang Anda tahan atau tekan, maka tekanan itu akan berbalik kepada Anda dengan gaya yang sama besarnya. Rasanya kita sudah khatam belajar tentang hal itu di SMA dulu.

Jadi, jika Anda merasakan atau mendengar kabar duka, lepaskan hal itu di jiwa Anda. Ketika Anda melepaskannya, apakah orang tercinta Anda, pekerjaan Anda dan seterusnya, maka ada perasaan lapang di dalam dada Anda. 

Pada saat itu tanpa Anda sadar ikhlas masuk di dalam relung jiwa Anda. Buktikanlah dan Anda akan merasakan ketenangan dalam kesedihan Anda.

2. Menangislah Secukupnya

Setelah Anda lepaskan, maka jangan jaim untuk menangis. Saya pernah menemui orang yang jaim untuk menangis bahkan ketika orangtuanya meninggal.

Teman, bawahan Anda pasti paham kalau Anda itu manusia yang juga punya air mata. Menangislah kalau memang kabar duka itu mengiris jiwa Anda. Menangis itu manusiawi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun