Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duhai Anakku, Jika Kau (Semakin) Besar, Maka Kami Pasti Menua

23 November 2020   14:24 Diperbarui: 23 November 2020   14:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikmati momen bersama anak sebelum kita menyesal (sumber:popbela.com)

Jika ada yang mengatakan tidak masalah kalau anak menjadi dewasa sebelum waktunya, maka bisa jadi dia melihat dari sisinya sebagai anak. Atau bisa jadi dia adalah anak yang memang mengalami hal itu (dewasa sebelum waktunya) dengan beragam situasi yang mungkin di hadapinya. Tentu kita perlu bersimpati tentang hal itu.

Anak-anak yang "dewasa" sebelum waktunya ini bisa jadi kehilangan "kenikmatannya" menjadi seorang anak. Apakah karena kurangnya waktu bermain bersama orangtuanya, apakah karena tidak pernah mengenal permainan anak-anak yang sangat seru dan lain sebagainya. 

Coba tanyakan kepada anak kita masing-masing, "Apakah anak kita mau menjadi seperti orang dewasa atau dewasa sebelum waktunya tiba?.." Jika jawabnya mau, maka kita perlu hati-hati, jangan-jangan anak kita itu sudah tidak menikmati lagi masa anak-anaknya. Coba cari tahu kenapa hal itu terjadi.

Saya sudah menanyakan hal ini kepada anak saya dan justru anak saya maunya menjadi bayi lagi karena melihat adiknya merasakan kenikmatan yang mungkin "tidak diingatnya" lagi pada momen bayi itu.

Itu dari sisi anak-anak. Tetapi bagaimana dari sisi orangtua? Ya, orangtua pasti "tidak ingin" anaknya buru-buru besar dan dewasa dalam semua aspeknya. 

Contohnya, ketika kecil, orangtua akan dengan bebas, mencubit, memeluk dan mencium anaknya. Maka ketika anak itu beranjak dewasa (dalam segala aspeknya), bisa jadi orangtua tetap ingin melakukan hal serupa, tetapi bisa jadi anak yang merasakan hal berbeda. Apakah karena perubahan situasi, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya.

Jadi, jika ditanya dari sisi orangtua, tentu tidak akan ingin anaknya cepat dewasa. Minimal ada 3 alasannya.

1. Semakin anak besar, maka waktunya di luar rumah lebih banyak

Ketika anak kita balita, maka dia 24 jam ada bersama kita. Ketika masuk TK, dia sudah menghabiskan 2-3 jam di luar rumah. SD bertambah jadi 5-7 jam di luar rumah. Bagaimana dengan SMA atau perguruan tinggi?

Ya, semakin anak besar, maka waktunya bersama orangtua perlahan tapi pasti akan berkurang, itulah kenapa orangtua tidak ingin anaknya menjadi dewasa buru-buru.

Orangtua masih ingin mencium anaknya lebih lama, bermain ular tangga bersama anaknya dan lain sebagainya. Dan yakinlah, hal-hal ini hanya bisa dilakukan pada saat anak kita kecil. Jadi, jika anak kita saat ini masih kecil, maka manfaatkan waktu bersama dengan maksimal atau Anda akan menyesal selamanya karena waktu kecilnya takkan terulang lagi.

2. Semakin anak besar, maka dia semakin punya "kehidupan" sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun