"Jangan cintai aku apa adanya, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan" (Lirik lagu Tulus yang berjudul Jangan Cintai Aku Apa Adanya)
Kalau lirik lagu Tulus ini belum cukup menampar para pria untuk bangkit dan berjuang keras untuk membahagiakan pasangan dan keluarganya, maka butuh kalimat seperti apa lagi yang membuat kita para pria sadar?
Ada yang tahu kenapa wanita diciptakan lemah lembut dan pria diciptakan gagah perkasa? Sederhananya begini, wanita memang sengaja "diciptakan" untuk menenangkan, memberikan cinta, menenangkan situasi dan turunannya. Intinya wanita memang penuh dengan kelembutan (seharusnya).
Sedangkan pria sebaliknya, memang menggambarkan kekuatan, ketegasan dan turunannya. Jadi kalau ada pria yang tidak seperti ini, atau wanita tidak seperti penjelasan di atas, maka pasti ada yang salah di sana.
Adalah benar kalau dalam hubungan sebuah pasangan, memang idealnya harus punya hubungan timbal balik. Katakanlah suami istri. Kalau istri sopan, maka suami juga harus sopan, seimbang. Kalau istri menghargai suami, maka suamipun demikian, seimbang. Kalau istri sering memuji suami, maka suami juga memuji istri, seimbang dan begitu seterusnya.
Saya ambil contoh salah satu jenis toxic relationship saja yaitu Bad Temper (saya tidak ingin membahas semuanya karena bukan itu inti tulisan ini). Jika ada seorang istri (misalnya) yang sering marah-marah ke suaminya tanpa sebab hingga bahkan terkadang kehilangan kendali, pertanyaan saya, apakah suami juga harus bersikap demikian?
Apakah marah harus dibalas dengan marah? bukankah tugas suami adalah membimbing istrinya dan bukan menyerupai istrinya? iya, tapi kan itu toxic dalam sebuah hubungan?Â
Pertanyaan saya, bukankah toxic juga punya penawarnya? Jika pasangan Anda sedang menjadi "racun", mengapa Anda tidak menjadi "penawarnya"? Mengapa Anda (pria) juga menjadi "racun" di saat pasangan Anda sedang menjadi "racun"?
"Iya, tapi kan harus ada kesetaraan dalam tindakan..!"Â Benar, sepakat. Tetapi bagaimana kalau pertanyaannya kita ganti, Bukankah seorang pria harus mengayomi daripada sekadar menuntut? Bukankah sesuai lagu Tulus tadi kalau yang seharusnya menuntut adalah seorang wanita..?
Lalu salahkah kalau wanita (contohnya) menuntut pria untuk lebih bekerja keras, lebih tahan banting, lebih sabar, lebih dewasa, lebih berjiwa besar dan lebih-lebih lainnya? Salahkah mereka? Tidak. Minimal lirik lagu Tulus di atas sudah mengkonfirmasi hal itu.
Bukankan dengan kesabaran seorang pria (misalnya), kedewasaannya, kerja kerasnya, sifat mengayominya, akhlaknya dan sebagainya akan bisa mengubah wanita (contohnya) yang seperti apapun?
Kalau kita para pria sudah yakin akan hal itu, mengapa begitu "cemen" dan merasa harga diri terinjak-injak hanya karena terkena "amukan" pasangan yang mungkin punya sikap bad temper?
Bukankah bahu kita itu (pria) berguna untuk menampung kepala para wanita (pasangan kita)? Â Atau mungkin sekarang sudah terbalik, apakah kepala pria yang bersandar di bahu para wanita untuk ditenangkan? Â
Coba ingat kembali, bukankah dulu (mungkin) kita sering mengatakan kepada para wanita itu "bersandarlah di bahuku, sayang..". Kalau pernah mengatakan itu, maka jangan terlalu mudah tersulut hanya karena percikan api kecil bahkan besar sekalipun. Padamkan api itu, karena kita lah sang pemadam itu sesungguhnya.
Semoga bermanfaat
Salam
Be The New You
TauRa
Rabbani Motivator