Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Ikuti Passion Mu!

9 Agustus 2020   22:30 Diperbarui: 9 Agustus 2020   22:35 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Ikuti Passion mu ! (sumber : indopositive.org)

Judul ini bisa jadi kontradiksi dengan apa yang selama ini kita dengar. kita sering dicekoki dengan istilah "Ikuti lah Passion mu" dan dengan itu tertanam lah dikepala kita kalau setiap kita harus mengikuti passion (gairah, semangat) kita dalam berbagai hal, termasuk berkarir. Jika kita punya passion di dunia masak, maka kita selalu disarankan untuk mengikuti passion kita dan "rekomendasi" yang seolah-olah tepat adalah kita harus berkarir menjadi chef, juru masak dan sejenisnya yang berkaitan dengan masak-memasak.

Apakah ini tepat? Tentu tidak salah. Tepat tidak nya akan di jawab oleh perubahan masa dan pergeseran waktu. Yang menarik adalah, Jika kita terlalu fokus dengan mengikuti passion kita. Maka jangan-jangan kita telah kehilangan waktu kita untuk menikmati hal indah lain yang sebenarnya ada disekitar passion kita itu. Jadi, sesungguhnya yang lebih tepat jika kita mengatakan :

"Jangan ikuti Passionmu, tetapi ikutilah apa yang datang bersama Passionmu" (TauRa)

Mengapa kita sebaiknya jangan mengikuti passion kita..?

1. Passion Akan Membuatmu Abai

Salah satu ciri kita sudah menemui passion kita adalah kita akan hanyut dalam waktu ketika mengerjakannya. Sebagai contoh : jika kita punya passion yang tinggi terhadap renovasi mobil, maka kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukannya. Sayangnya, dengan aktivitas itu kita bisa abai terhadap istri kita, terhadap pertumbuhan anak kita dan bahkan jam makan dan istirahat kita. Padahal kesuksesan yang akan terjadi dengan passion itu juga peluangnya tetap saja belum pasti. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita bahkan 1 jam ke depan.

Sayangnya, apa yang sudah kita abaikan tidak akan bisa kembali lagi. Anak yang sudah "diabaikan" pertumbuhannya tidak akan kecil lagi dan tidak akan kita saksikan lagi keimutannya selamanya. Jadi, kita perlu hati-hati untuk mengikuti apa yang kita sebut "passion" itu.

2. Passion Bisa Menutup Peluang Lain

Jika passion Anda (menurut Anda) adalah di marketing properti (misalnya), maka bisa jadi Anda akan sibuk dan terlalu fokus mencari pekerjaan di marketing properti, dan bisa jadi di saat bersamaan Anda mengabaikan puluhan pekerjaan yang menghampiri Anda di bidang lain yang Anda anggap itu bukan passion Anda. 

Silakan saja Anda mengejar apa yang menjadi passion Anda (sesuai apa yang Anda bayangkan), tetapi jangan sampai menutup mata Anda dengan peluang-peluang yang mungkin dikemudian hari bisa menjadi passion Anda (yang baru). Fokus kepada yang menjadi passion Anda, tetapi selalu buka semua kemungkinan adalah cara bijak untuk menyikapi hidup di tengah situasi yang serba menantang ini.

3. Passion Bisa Berubah

Menurut beberapa survey, anak muda ketika berumur 20-an, sebagian besar punya minat dan impian untuk membuat perusahaan start up (dan ini tentu saja bagus). Seiring berjalannya waktu, mulai memasuki usia 30-an, dan ketika begitu banyak yang (belum) berhasil dengan start up impiannya, mereka mulai banting stir dan berusaha masuk ke dunia kerja profesional pada umumnya. Ternyata Passion yang semula membara untuk membangun start up, bisa (berganti) menjadi passion bekerja di bidang yang mungkin berbeda jauh dengan bisnis start up yang diimpikan, dan ini realitas yang terjadi, dan banyak contoh-contoh lainnya.

Apakah passion nya berubah? mungkin. Apakah cita-citanya yang bergeser? mungkin juga. Atau apakah situasi yang memaksanya harus berganti "passion" ? mungkin juga, dan tentu ada banyak kemungkinan lainnya yang bisa terjadi.

Dengan 3 alasan kenapa kita tidak perlu "mengikuti" passion kita, maka mulai saat ini, coba tanyakan kembali di dalam diri kita, apakah yang kita lakukan selama ini memang benar adalah passion kita? Jika iya, maka lanjutkan pertanyaannya, Apakah passion ini telah membuat saya abai terhadap kehidupan saya yang lain (1) ? Apakah passion saya ini telah menutup mata saya untuk melihat semua peluang-peluang luar biasa yang terhampar diluar sana (2) ? atau Apakah passion saya ini akan tetap seperti ini atau mungkin suatu hari nanti akan berubah seiring waktu (3) ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun