Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyakit Intelektual dan Obatnya

5 Agustus 2020   15:27 Diperbarui: 5 Agustus 2020   15:22 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Penyakit Intelektual bisa lebih bahaya dibanding penyakit fisik

Jika penyakit fisik seperti sakit gigi, sakit perut dan lain sebagainya bisa diobati, maka penyakit intelektual juga demikian. Banyak orang dewasa ini mengidap penyakit intelektual yang bahkan dia sendiri tidak tahu sedang mengidap penyakit intelektual itu. Tentu hal ini sangat ironi, memilukan sekaligus memalukan.

Sebelum kita buru-buru menghakimi orang lain begini dan begitu, ada baiknya kita introspeksi diri kita dulu, jangan-jangan malah kita yang sudah tertular penyakit intelektual. Dan kalau itu sampai terjadi, maka tenang saja, kali ini saya coba bagikan sekalian dengan "obat" nya agar siapa saja yang sudah terjangkit (Insya Allah) bisa kembali ke jalan yang seharusnya. Berikut adalah penyakit intelektual :

1. Penyakit Intelektual Dikotomi Vertikal

Penyakit pertama ini tergolong penyakit kronis dan cukup berbahaya. Penyakit ini meyakini kalau ilmu pengetahuan dan Allah, Sang Pencipta harus lah dipisahkan dan tidak boleh disatukan atau disangkut pautkan. Bukan kah semua ilmu itu pada dasarnya bersumber dari Sang Maha memiliki ilmu yaitu Allah sang Pencipta, lalu mengapa ada yang berani membuat dikotomi antara ilmu pengetahuan dan Sang Pemberi Ilmu pengetahun?

Jika orang sudah terjangkit penyakit ini, maka sering keluar dari mulutnya, "jangan bawa-bawa Tuhan, kalau bicara pengetahuan dll", padahal sekali lagi, kepala dan otak yang dia pakai untuk berpikir itu pun adalah pemberian dari Sang Maha Pencipta.

Obat Penyakit Dikotomi Vertikal

Obat nya adalah integrasi vertikal. Setelah bertaubat, maka yakini dan seharusnya teliti dan buktikan secara ilmiah, bahwa pasti ada penjelasan secara Nash (Dalil) apapun penelitian yang muncul pada saat ini. Kalau belum berhasil menemukan, maka ajak orang yang lebih ahli untuk berdiskusi. Maka disana pasti (insya Allah) ditemukan solusi dan jawaban terhadap apapun penemuan kita, bahwa sesungguhnya ilmu itu adalah milik sang Empunya ilmu yaitu Allah Sang Pencipta., maka harus "diintegrasikan" antara Ilmu dan sang Pemilik Ilmu dan tidak bisa dipisahkan.

2. Penyakit Intelektual Dikotomi Horizontal

Penyakit selanjutnya adalah Dikotomi Horizontal yaitu meyakini bahwa memang ilmu yang satu dan ilmu yang lain memang seharusnya berpisah. Kalau saya sarjana komunikasi, memang wajar kalau saya tidak mengerti tentang IT, kurang paham dalam hukum dan seterusnya. Seolah-olah ada excuse  kalau memang lulusan komunikasi wajar tidak mengerti bagaimana menyambungkan laptop ke projektor (padahal ini dasar sekali dan setiap orang seharusnya bisa melakukan terlepas sarjana apapun dia). 

Penyakit ini sudah mulai disadari hingga muncul beberapa mata kuliah interdisiplin, misalnya : Psikologi Komunikasi yang melihat komunikasi dari segi psikologi dan lain sebagainya. Kesadaran ini harus terus dialirkan ke berbagai pihak agar semakin sadar dan hilang lah Dikotomi Horizontal ini.

Obat Penyakit Intelektual Dikotomi Horizontal

Obatnya adalah Integrasi Horizontal yaitu melihat ilmu pengetahun dari berbagai aspek ilmu pengetahuan yang lain (artinya ilmu pengetahun sebenarnya saling berhubungan). Nah, bisa jadi, terkait dengan isu yang sedang ramai dibicarakan, bahwa seorang "Profesor" menemukan solusi terhadap sebuah penyakit/wabah (misalnya), maka bisa jadi dia sedang berdiri dari kacamata keilmuannya dan melihat keilmuan lain (contoh ilmu kedokteran) dan mencoba memberikan sudut pandang dari keilmuan yang mungkin menurutnya "benar". 

Selama dalam konteks integrasi horizontal, rasanaya tetap perlu diperhatikan apa yang disampaikan (jangan-jangan benar), jangan buru-buru menghakimi bahwa dengan "penemuan" itu maka seolah-olah awal dari Matinya Kepakaran Medis di indonesia karena penemunya bukan orang medis (misalnya), namun jika sudah ada norma-norma yang dilanggar, maka tentu saja itu adalah hal yang berbeda.

3. Penyakit Intelektual Dikotomi Aktualitas

Ini adalah penyakit selanjutnya yaitu memisahkan antara gelar yang panjang (misalnya) dan aktualisasi diri. Dengan kata lain, pendidikan tinggi, tetapi tidak tahu mau melakukan apa, karena tidak tahu aktualisasi apa yang bisa diterapkan dari ilmu pengetahuan dan gelar yang didapatnya. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa masih banyak pengangguran di Indonesia. Gelar ada, tetapi tidak tahu mau melakukan apa. Dan tentu saja ini penyakit yang harus segera diobati untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan.

Obat Penyakit Intelektual Dikotomi Aktualitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun