Mohon tunggu...
Taupik Hidayat
Taupik Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa yang ingin memberikan manfaat yang luar biasa

Hobi jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Honorer Banjir Jutaan Pujian, Tapi Gajinya Tak Sampai Jutaan

27 November 2019   21:38 Diperbarui: 27 November 2019   21:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Euforia Hari Guru
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 25 November, segenap guru di seantero negeri memperingati Hari Guru Nasional. Ribuan bahkan jutaan pujian dan sanjungan yang dialamatkan kepada sang guru mengalir begitu deras.

Semua kalangan mulai dari petinggi negeri hingga kalangan rakyat jelata seolah berlomba-lomba untuk mengukir kata- kata sebagai bentuk penghormatan kepada guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.

Euforia hari guru diluapkan masih sebatas dalam bentuk kata-kata bijak, baik yang berbentuk puisi,  pantun maupun bentuk meme yang bertebaran melalui jejaring media sosial. Saat Hari Guru,  Guru bak "Ratu Adil" yang disanjung dan dipuja puja .

Fenomena tersebut sejatinya kontras dengan kondisi ril sebagian guru di Indonesia, terutama guru honorer. Guru honorer nyaris tak merasakan euforia hari guru tersebut. Mereka tak perlu pujian yang sebenarnya kontras dengan nasibnya. Guru tak perlu bahasa retorika, tak perlu ucapan basa basi, guru honorer hanya perlu perhatian nyata dari pemerintah. 

Buat apa jutaan pujian dilambungkan, tapi gajinya tak sampai jutaan. 

Keluhan guru honorer sebagian besar masih seputar minimnya gaji yang diterima. Perjuangan dan pengorbanan tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima. Bahkan di kabupaten tempat saya bekerja masih banyak guru honorer yang terima gaji di kisaran 50 ribu sampai 100ribu rupiah perbulan. Sangat memprihatinkan, bukan?

Saya sempat berbincang dengan Kepala Raudhatul Athfal (RA) Miftahussudur yang terletak di Kecamatan Bantarujeg Kab. Majalengka Jawa Barat. Kepala RA yang enggan disebutkan identitasnya tersebut menuturkan, gaji guru di sekolahnya kisaran 50-100 ribu perbulan, bahkan ada yang tidak di gaji. "Gajinya setahun sekali, itupun jika ada uang sisa", ujarnya sambil menahan air dari sudut matanya. 

Bahkan Ia sempat bercerita tentang perjuangannya saat menjadi guru honorer di sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs.) atau sekolah sederajat SLTP. Menurutnya, selama bekerja 7 tahun di MTS tersebut ia harus rela melewati jalan yang sangat terjal dan jarang dilewati kendaraan. Yang ada hanya truk pengangkut batu dari penambangan. 

Tak jarang ia menumpang truk untuk tiba di sekolah, bahkan harus jalan kaki berkilo kilo meter jika truknya mogok. Tapi kondisi tersebut tak membuatnya gentar, justru ia tetap semangat untuk mengajar. Itulah salah satu dari jutaan potret guru honorer di Indonesia yang sangat menyayat hati. 

Keteguhan Guru Honorer
Kalo ada jempol yang banyak, saya akan acungkan semua jempol itu untuk semua guru honorer di Indonesia. Mereka betul betul mempunyai keteguhan hati dalam menyampaikan ilmu, mereka mengajar dengan penuh kesungguhn sekalipun nyaris tanpa gaji yang layak. 

Ditelisik lebih dalam, keikhlasan dalam mengajar dan keinginan hati untuk mengamalkan ilmu, menjadi penyebab mengapa guru honorer mampu mengajar tanpa imbalan yang layak. Dari situlah muncul keteguhan hati dan keberkahan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun