Mohon tunggu...
Taumy Alif Firman
Taumy Alif Firman Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger sekaligus travel enthusiast.

Saat ini suka menulis tentang lifestyle dan destinasi wisata. Aktif dalam penulisan cerpen dan sedang mendalami penulisan skenario film berdasarkan kearifan lokal.

Selanjutnya

Tutup

Trip

The Heritage of Toba: Perpaduan Wisata Alam Nan Epik dan Kekayaan Budaya yang Unik

25 September 2021   21:08 Diperbarui: 25 September 2021   21:12 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak ada yang lebih menentramkan, kala berada di ketinggian, tanpa kebisingan. Yang ada hanyalah birunya air terarsir dengan birunya langit, dikelilingi barisan pegunungan nan epik. Ditambah lagi dengan ilalang yang mulai menguning berwarna keemasan kala musim kemarau. Sempurna membentuk lekukan topografi bukit. Fantastis sekaligus mempesona"

Semua terbayarkan, setelah pendakian santai melewati jalan setapak. Sepanjang perjalanan, ilalang selalu menemani di kiri dan kanan rute. Meskipun tidak sampai menguras banyak tenaga, tetapi pendakian ke puncak yang sudah ada sejak 200 tahun lalu ini cukup membuat keringat bercucuran.  

Belum lagi jika hasrat ingin mencapai puncak di bukit ke delapan. Bukan hanya tenaga yang dipersiapkan, tetapi mental dan semangat juga harus matang. Demi menunaikan, akan mitos puncak bukit ke delapan, 'barangsiapa yang berhasil mencapai puncak ke delapan, maka perjalanan cintanya bakal mulus'.

Mitos seperti ini memang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Berhasil meraih puncak, bukan hanya dapat merasakan kebahagiaan tetapi rasa bersyukur akan sajian panorama nan epik dari atas ketinggian bukit Holbung.

Sebuah Proses Panjang, Dari Bencana Maha Dahsyat Menjadi Kaldera yang Menawan.

Menjadi bagian dari Heritage of Toba, bukit Holbung bukan hanya satu-satunya bukti dari keindahan panorama danau Toba yang menawan. Bahkan sebelum danau Toba menjadi salah satu dari 5 destinasi super prioritas (DSP), namanya sudah santer terdengar oleh banyak wisatawan, domestik maupun mancanegara. Banyaknya destinasi yang beragam adalah salah satu alasannya.

Seperti yang diketahui bahwa 74 ribu tahun yang lalu, gunung api purba Toba meletus. Dampaknya, mengurangi dari separuh populasi dunia kala itu. Dalam buku The Geology of Indonesia (1939) yang ditulis oleh Van Bemmelen seorang geolog asal Belanda mengungkapkan hipotesis bahwa, awalnya gunung api purba melakukan aktivitas vulkanik dan disusul dengan proses tektonik hingga terjadi erupsi dahsyat. Gabungan kedua proses ini menyebabkan, amblesnya bagian tengah gunung dan membentuk cekungan memanjang ke arah barat laut hingga tenggara yang saat ini disebut sebagai kaldera Toba.

Proses kejadian maha dahsyat tersebut juga membentuk pulau di atas pulau dan danau di atas danau. Adalah pulau Samosir, merupakan sebuah pulau yang berada di atas pulau Sumatera. Sedangkan danau Sidihoni yang berada di pulau Samosir merupakan danau yang berada di atas danau Toba.

heritage-of-toba-614f2a9e010190537327ea65.png
heritage-of-toba-614f2a9e010190537327ea65.png
Dari kejadian maha dasyat tersebut, kini kaldera Toba telah ditetapkan oleh UNESCO pada sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Perancis pada tanggal 2 Juli 2020 yang lalu sebagai UNESCO Global Geopark. Penghargaan ini diberikan bukan hanya karena alam yang dimiliki tetapi juga karena budaya dan tradisi.

Sarat akan Budaya dan Tradisi

"Sebuah sambutan yang tak biasa, saat berada di Huta Bolon Simanindo. Dimulai dari penuturan sang ketua adat dengan bahasa batak toba hingga waktunya tiba, terdengar iringan musik (Magondangi) dari gordang sambilan, gong, seruling bambu dan talempong. Semuanya berpadu harmonis, menciptakan ritme lambat tapi penuh hentakkan".

Beberapa penari, pria dan wanita berbaju adat lengkap dengan kain ulos khas Toba mulai menangkupkan tangannya dan perlahan-lahan menari mengikuti irama musik. Hingga akhirnya semuanya menyatu dalam irama dan diakhiri dengan teriakan kata , Horas... Horas... Masyarakat Toba menyebut tarian ini dengan nama Tor Tor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun