Mohon tunggu...
Taoel
Taoel Mohon Tunggu... Penulis - Wiraswasta

Tulisan Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tersenyumlah Saudaraku

6 September 2020   07:31 Diperbarui: 6 September 2020   07:26 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : muslimah.or.id

Terbahaklah secara wajar, umpama 'bedak' untuk kegundahan dan 'lotion' untuk kemurungan. Begitu besar dampaknya untuk membuat jiwa berbahagia dan hati tersenyum.  Tersenyum, tertawa bahkan terbahak adalah suatu titik puncak kegembiraan, titik ujung paling atas kegirangan dan rasa suka cita. Akan tetapi hal yang demikian adalah suatu kebahagiaan yang dalam batas wajar,  ada pepatah mengatakan " Janganlah dirimu terlalu banyak tertawa, karena banyak tertawa bisa mematikan hati".

Kalau saja dipaksa untuk memilih antara harta yang begitu besar, banyak dan berlimpah dibandingkan dengan kedudukan seadanya dengan jiwa raga yang tentram, damai sentosa dan selalu berbahagia maka mana yang harus dipilih?  Tentu akan memilih yang kedua, mengapa demikian ? Karena tak ada artinya bila harta yang berlimpah namun muka selalu nampak suram dan cemberut, lalu apa arti jabatan dan kasta bila hati selalu cemas dan was-was?  Tak ada artinya segala hal yang ada di dunia ini apabila  hati selalu gundah?

Garis lengkung senyuman tak ada nilainya jika tidak terbit dari perasaan yang tulus dan kodrat dasar seorang manusia. Seluruh alam yang ada di dunia ini langit, bintang, bunga, dan burung tersenyum.  Manusia sejatinya sosok makhluk yang senang tersenyum, jika di dalam hatinya tidak ada penyakit kronis berupa egoisme, serakah,tamak dan jahat. Bila sudah tertutup hal yang demikian akan susah untuk melihat keindahan dunia.  Manusia pasti menatap semua sisi dunia dari tingkah laku,pola pikir dan motivasi untuk hidup. 

Segala hal yang hidup adalah suatu nilai seni untuk berperilaku dan dalam berseni haruslah giat serta tekun untuk dipelajari. Sungguhlah berharga hidupnya bila bertekad keras menekuni hal yang bermanfaat untuk dunia. Tak ada artinya bila seluruh napas ini hanya sekedar menimbun harta dunia dan seisinya.

Berjuta-juta orang tidak dapat melihat harmoni lika-liku dunia. Mereka hanya membuka matanya dari sekertas mata uang. Walaupun sudah melewati pemandangan yang begitu indah dan rindang mereka sama sekali tidak berminat untuk itu. Padahal karya Tuhan yang indah ini diciptakan untuk melihat kepermaian dunia, namun sudut pandang mereka seringkali hanya melihat dari sisi mata uang.

Suatu pengakuan setiap manusia tentunya berbeda-beda, tergantung siapakah manusia tersebut apakah dari sosok manusia yang melebarkan cakrawala pola pikirnya, menebarkan rasa perikemanusiaan serta rasa senang berbuat baik kepada siapapun atau dari orang yang tidak berperilaku seperti layaknya manusia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun