Mohon tunggu...
Tauhidin Ananda
Tauhidin Ananda Mohon Tunggu... Administrasi - Hari ini mimpi jadi kenyataan

pegiat sosial, hobi jalan-jalan kuliner dan nonton bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yuk Sambut Panggilan Haji! Bersiap Dini agar Tak Sesal Nanti

1 Januari 2019   20:47 Diperbarui: 1 Januari 2019   21:03 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ka'bah (foto: Reuters/Faisal Al Nasser)

Bagi setiap muslim, menunaikan ibadah haji adalah bagian dari penyempurnaan keislamannya. Menunaikan ibadah haji adalah rukun Islam kelima. Rukun Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, menunaikan sholat, puasa, dan membayar zakat.

Menyempurnakan rukun Islam. Hal ini menjadi tekad saya ketika mendaftar menjadi peserta ibadah haji di Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan (Waktu itu masih bernama Kantor Departemen Agama Jakarta Selatan). Ketika mendaftar, kala itu di penghujung tahun 2013, untuk pelaksanaan haji dengan fasilitas ONH biasa. Setelah mendaftar pun tidak langsung berangkat. 

Menginjak 2019 ini, rencana menunaikan ibadah haji bersama istri masih menunggu giliran keberangkatan tiga tahun lagi. Insya Allah pada tahun 2022. Awalnya memang dijadwalkan tahun 2023, tapi berdasarkan informasi terbaru di Situs Haji Kementerian Agama RI terdapat perubahan. Setelah dicek, informasi terbaru keberangkatan haji saya dan istri dimajukan setahun. Jadi, seharusnya menunggu 10 tahun, kemudian dalam perkembangannya direvisi menjadi 9 tahun sejak pendaftaran haji pada 2013 lalu. Cukup lama ya waktu penantiannya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, ada banyak hal yang harus kita perhatikan untuk dapat melaksanakan ibadah haji. Banyak yang berkilah, bahwa ibadah haji adalah panggilan-Nya . Bila sudah dipanggil, tentu akan dimudahkan segala urusannya. Pernyataan tersebut tidak salah. Tapi ibaratnya, walau semua jalan menuju Roma, jalan itu tetap harus dibangun dulu. Jalan itu tidak tiba-tiba ada dengan sendirinya. Demikian pula dengan panggilan Ilahiah itu, kita harus menunjukkan usaha yang cukup untuk menyambut panggilan Sang Khalik ke tanah suci. Bila Allah SWT memberikan keridhoan-Nya atas segala daya upaya kita, panggilan itu pun akan datang dengan membawa segala kemudahan dan keberkahan-Nya.

Faktor penghambat

Indonesia yang notabene mayoritas penduduk beragama Islam pun tergolong rendah jumlah calon jemaah hajinya. Penyebabnya adalah faktor ekonomi dan faktor skala prioritas. Faktor ekonomi biasanya jadi alasan sebagian masyarakat Indonesia yang berasal dari kalangan menengah bawah. Harus diakui, ibadah haji memang membutuhkan biaya cukup besar. Hal ini jadi penyebab keengganan untuk menjalankan ibadah ke tanah suci tersebut.

Faktor kedua, yaitu "skala prioritas" juga menjadi penyebab. Biasanya, untuk kalangan menengah ke atas belum memprioritaskan kesiapan finansial untuk Ongkos Naik Haji (ONH). Walaupun memiliki kemampuan finansial namun tidak menyisihkan dana sejak jauh hari. Yang terjadi adalah, niat melaksanakan haji tidak kunjung terlaksana.

Haji adalah salah satu ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh umat muslim, bila mampu. Kata-kata "bila mampu" ini terkadang menjadi alasan yang menjadi justifikasi kedua faktor yang sudah disebutkan sebelumnya (ekonomi dan skala prioritas). Sehingga pelaksanaan ibadah haji pun menjadi ibadah yang paling terakhir untuk dilaksanakan. Mampu disini selain memiliki kemampuan finansial juga memiliki kemampuan secara fisik yang kuat. Ibadah haji merupakah ibadah fisik, karena harus menempuh perjalanan dan menjalankan ritual ibadah secara terus menerus dalam waktu cukup panjang.

Dimulai dengan niat dan usaha

Sebenarnya ibadah haji tidak terkait dengan masalah kaya atau pun miskin. Karena, keduanya sama-sama bisa berangkat ke tanah suci. Utamanya adalah niat serta kebulatan tekad untuk hadir di tanah suci memenuhi panggilan Allah SWT.

Perintah ibadah haji Allah perintahkan melalui ayat tentang haji dan umroh. Disampaikan dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 96-97, artinya:

"Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali 'Imran: 96-97)

Rasulullah SAW pun menegaskan tentang kewajiban berhaji dalam hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di tengah-tengah kami, beliau bersabda yang artinya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun