Mohon tunggu...
Tauhid Patria
Tauhid Patria Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Menulis apa saja kan suka-suka saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membingkai Nilai-nilai Kemanusiaan Menjadi Film Pendek di FFPI 2016

26 Januari 2017   20:49 Diperbarui: 26 Januari 2017   21:09 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh pemenang ajang FFPI 2016 berfoto bersama dengan dewan juri (dokpri)

Banyak nilai-nilai kemanusiaan yang hadir didalam keseharian hidup kita. Terkadang momen-momen tersebut luput dari pantauan kita dan terlewati begitu saja. Namun di tangan sineas-sineas muda yang unjuk gigi di ajang Festival Film Pendek Indonesia 2016 nilai-nilai kemanusiaan itu dibingkai menjadi karya berupa film pendek yang sungguh kreatif. 10 film pendek terbaik hasil karya pelajar dan mahasiswa inilah yang tersaji apik dalam gelaran final Festival Film Pendek (FFPI) persembahan Kompas TV.

 Bertempat di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (20/1), Gelaran final FFPI 2016  yang tahun ini mengangkat tema “Humanisme” diselenggarakan. I Love Me karya mahasiswa Institut Kesenian Jakarta terpilih menjadi yang terbaik untuk kategori mahasiswa. Sementara film pendek Izinkan Saya Menikahinya karya siswa-siswa SMA Rembang, Purbalingga, menjadi yang terbaik di kategori pelajar.

Dari segi cerita yang diangkat, saya melihat film-film yang menjadi finalis FFPI 2016 memotret sisi-sisi kemanusiaan yang menarik dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Film Merengguk Asa di Teluk Jakarta, misalnya. Film ini bercerita tentang manusia perahu yang mengais rezeki dengan mencari ikan di kawasan Teluk Jakarta. Suka duka dan keseharian nelayan yang berjuang mencari nafkah demi sekolah anaknya ini tertuang dalam frame demi frame di film pendek karya mahasiswa-mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ini.

Selain Merengguk Asa di Teluk Jakarta, film Terminal menurut saya juga membingkai nilai-nilai kemanusiaan yang ada di terminal. Dikisahkan betapa seorang anak jalanan mengidam-idamkan dapat mencicipi sepotong roti enak dari salah seorang pengunjung terminal. Momen pun datang, ketika barang sang pengunjung tertinggal, sang anak jalanan pun berlari menghampiri sang pengunjung seraya mengembalikan barangnya yang tertinggal. Kesempatan mencicipi enaknya roti pun akhirnya kesampaian ketika pengunjung tadi memberikan roti kepada anak jalanan sebagai wujud terima kasih. Gambaran kerasnya kehidupan di terminal sedikit banyak tergambarkan dengan mulus di film karya siswa SMK Negeri 2 Kuripan, Nusa Tenggara Barat, ini. 

Film animasi berjudul Differeng menjadi satu-satunya film animasi di ajang FFPI 2016| Dokumentasi pribadi
Film animasi berjudul Differeng menjadi satu-satunya film animasi di ajang FFPI 2016| Dokumentasi pribadi
Sementara dari Lampung, potret perjuangan siswa-siswi SD berangkat sekolah menyusuri jalan menikung dan licin tergambar apik dalam Kihung. Film pendek karya siswa SMK Negeri Bandar Lampung ini merekam jejak perjalanan jauh melalui medan berliku yang harus ditempuh siswa-siswi SD untuk bisa mencapai sekolahnya dan menjalani proses belajar .Film ini juga terasa mengena karena dilengkapi dengan wawancara beberapa anak yang setiap harinya berjuang menembus jalan menikung dengan tanah yang licin saat hujan. Di saat anak-anak sekolah di Jakarta menikmati jalanan mulus untuk ke sekolah, di satu sisi yang lain kita melihat potret anak-anak SD harus berjuang lebih dahulu untuk belajar di sekolah.   

Nilai-nilai kemanusiaan yang bersinggungan dengan kehidupan kekinian juga berhasil disajikan secara apik oleh Mahasiswa Universitas Bina Nusantara dalam film berjudul Di Ujung Jari.  Dalam film ini tergambar bagaimana seorang mahasiswa dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali tidak bisa lepas dari gadgetnya. Update status di sosial media sampai chat dengan teman-teman sepergaulan semuanya dilakukan dengan gadget kesayangannya. Bahkan saking asyiknya, sang mahasiswa sampai melupakan lingkungan sosial di sekelilingnya. Sampai suatu hari gadgetnya pun dijambret rampok dan sang mahasiswa pun meratapi nasibnya. Namun dibalik hilangnya gadget, sang mahasiswa seperti mendapatkan hikmah dengan lebih mengenal orang-orang yang selama ini ada dalam kesehariannya. Mungkin cerita ini juga melekat dalam kehidupan kita sehari-hari dimana tanpa sadar kita asyik sendiri dengan gadget ditangan tanpa pernah peduli seperti apa lingkungan masyarakat di sekitar kita. 

Anak-anak SD yang harus berjuang melewati jalan berliku di film Kihung (dokpri)
Anak-anak SD yang harus berjuang melewati jalan berliku di film Kihung (dokpri)
Satu film yang juga mencuri perhatian adalah Izinkan Saya Menikahinya. Berlatar percintaan remaja film ini justru menarik karena perbedaan ideologi diantara keduanya. Dibungkus dengan dialog-dialog dalam bahasa Jawa yang kental, film ini menghadirkan gelak tawa dari para undangan yang hadir di Bentara Budaya Jakarta. Selain itu, ada juga film Different karya mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedikit berbeda karena menampilkan film animasi yang tidak ada di tahun sebelumnya. Kehadiran animasi dalam FFPI 2016 ini memberikan sedikit warna berbeda dalam penyelenggaraannya kali ini. Film Different ini sendiri diganjar juri sebagai juara kedua di ajang FFPI 2016.

Penyelenggaraan final FFPI 2016 ini memang sedikit berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu. Tahun ini menurut saya lebih bervariasi genre filmnya. Kehadiran film Different yang bergenre animasi serta Di Ujung Jari yang mengangkat tema gaya hidup kekinian membuat film-film yang menjadi finalis tahun ini terlihat begitu beragam. Para undangan yang hadir dalam gelaran final ini disajikan film-film bermutu dengan beragam cerita yang ciamik dan dikemas dengan gambar-gambar yang dibingkai dengan teknik yang apik.

Para pemenang untuk kategori mahasiswa (dokpri)
Para pemenang untuk kategori mahasiswa (dokpri)
Sutradara Ifa Ifansyah, salah satu dewan juri, mengungkapkan, Semua unsur dalam pembuatan film menjadi faktor yang dinilai oleh dewan juri. Mulai dari kesesuaian tema hingga unsur-unsur teknis dalam pembuatan film menjadi faktor penilaian dalam FFPI 2016. “Banyak pesan-pesan bernada positif yang diangkat dari para finalis FFPI 2016.” Ungkap Ifa saat memberikan komentar mengenai proses penjurian dalam FFPI 2016. 

Berikut hasil lengkap film pendek terbaik Festival Film Pendek Indonesia 2016

Kategori Pelajar :

Juara 1 : Izinkan Saya Menikahinya  (SMA Rembang Purbalingga)

Juara 2 : Mata Hati Djoyokardi (SMA Khadijah Surabaya)

Juara 3 : Terminal (SMK Negeri 2 Kuripan Nusa Tenggara Barat)

Kategori Mahasiswa :

Juara 1 : I Love Me (Institut Kesenian Jakarta)

Juara 2 : Different (Universitas Bina Nusantara)

Juara 3: Mereguk Asa di Teluk Jakarta (Universitas Negeri Jakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun