Mohon tunggu...
Axel
Axel Mohon Tunggu... -

Be Brave with your argument

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Presiden Ke-2 Indonesia Bukanlah Soeharto, Lalu Siapa?

2 Februari 2018   09:15 Diperbarui: 2 Februari 2018   09:28 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut sejarah yang kita pelajari sejak Sekolah Dasar memang benar bahwa Soeharto merupakan Presiden ke-2 Indonesia yang dimana ia menjabat selama kurang lebih 32 tahun selama orde baru. Namun ada satu orang pahlawan yang kita lupakan atau mungkin memang sengaja di skenario agar pahlawan ini hilang dari sejarah dan dilupakan. Yang dimana seharusnya ialah yang menjadi Presiden ke-2 RI. Lah kok bisa? Emang siapa sih pahlawan itu?

Tan Malaka, ya begitulah namanya. Mungkin banyak dari agan-agan yang tidak mengetahui dengan sosok tersebut. Dan mungkin juga banyak yang tahu dengan sosok pahlawan tersebut. Ya mungkin di sini ane bisa berbagi info sedikit lah tentang Bapak Republik yang satu ini. Tan Malaka lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987. Ia merupakan seorang yang memegang paham Marxisme-Leninisme atau yang kita ketahui sekarang adalah paham Komunis. 

Meskipun begitu, ia merupakan seorang Muslim yang sangat taat pada agamanya. Loh? kok bisa ya? bukannya seorang Komunis itu tidak memiliki agama (Atheis)? nah pemikiran seperti inilah yang ingin ia ubah, bahwasannya Komunis itu bukannya tidak punya Tuhan (Atheis) tetapi dalam paham Komunis ini agama itu hanyalah sebagai candu. 

Seperti halnya yang dikatakan oleh Karl Marx bahwa agama adalah candu. Jadi wajar saja dia berpaham komunis dan merupakan seorang muslim yang taat. "Dihadapan Tuhan saya merupakan seorang muslim, namun dihadapan manusia saya adalah seorang Komunis". Inilah kata-kata yang sangat menunjukkan diri seorang Tan Malaka yang muslim namun berpaham komunis.

Tan merupakan seorang pahlawan revolusi bawah tanah yang bergerak secara diam-diam. Ia diibaratkan seorang agen yang menyamar ke berbagai negara di belahan dunia. Menurut catatan, Tan telah mengunjungi kurang lebih 11 Negara di dua benua dengan total perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer, dua kali jarang yang ditempuh Che Guevera di Amerika Latin. 

Tan pun memiliki 23 nama yang dimana ia memakai nama tersebut berbeda-beda tiap kota dan negara yang ia kunjungi tersebut. Misalnya ia memakai nama Alisio Rivera di Filiphina, kemudian memakai nama Cheung Kun Tat di China. Wah luar biasa, udah kaya' nonton film James Bond aja kalau kita liat perjalannya Tan ini ya. Dan yang tak kalah pentingnya, Tan menguasai 8 Bahasa yakni Minang, Indonesia, Belanda, Rusia, Jerman, Inggris, Mandarin dan Tagalog. Tan juga pernah masuk ke dalam beberapa organisasi yang salah satu diantaranya adalah menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia tahun 1921-1922.

Tanpa kita ketahui ia merupakan penggagas utama adanya konsep Republik Indonesia dengan tulisannya Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada tahun 1925, jauh lebih dulu dibanding Mohammad Hatta yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) pada tahun 1928 di depan pengadilan Belanda di Den Haag dan jauh lebih dulu dibandingkan Bung Karno yang menulis Menuju Indonesia Merdeka pada tahun 1933. Kemudian diseputar Proklamasi Tan menorehkan perannya yang penting. 

Tan menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada (kawasan Monas sekarang) pada 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum diketahui oleh banyak orang dan masih sebatas catatan di atas kertas. Menurut catatan Tan, ia menulis aksi itu sebagai bentuk uji kekuatan untuk memisahkan kawan dan lawan. Setelah rapat itu dilaksanakan perlawanan terhadap Jepang kian berani dan gencar. Ada cerita unik dibalik kehadiran Tan di Lapangan Ikada tersebut yang dimana para sahabat Tan tidak banyak yang mengetahui keberadaan Tan di lapangan tersebut. Memang benar adanya bahwa Tan melakukan semua aksinya secara diam-diam. Hingga akhirnya kehadiran Tan ini diketahui oleh Soekarno yang sangat senang dengan kehadiran Tan tersebut.

Soekarno pun pernah mengeluarkan sebuah testamen saat ia didesak oleh pihak Belanda untuk melakukan perundingan. Testamen tersebut berbunyi "Jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan malaka". Artinya apabila Soekarno dan Hatta ditangkap oleh pihak Belanda, maka tongkat estafet pemerintahan akan dipegang oleh Tan Malaka yang berarti Ia akan menjadi Presiden ke-2 Indonesia saat itu. Namun hal inilah yang membuat Tan Malaka sangat kecewa dengan Soekarno karena menyetujui perundingan yang akan dijalankan oleh kedua negara (Indonesia dan Belanda) tersebut. 

Ia sangat menentang keputusan soekarno tersebut. Hingga ia pernah mengeluarkan sebuah kata-kata yang membangkitkan jiwa nasionalisme rakyat Indonesia. "siapa yang mau berunding dengan maling di rumahnya sendiri". Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut seorang pahlawan revolusioner Tan Malaka. Akhirnya hal inilah yang membuat Soekarno marah dengan tindakan dan pernyataan yang diperlihatkan oleh Tan Malaka tersebut. 

Ia akhirnya membakar testamen tersebut. Ada beberapa versi yang menyebutkan bahwa testamen tersebut dibakar dan ada juga yang menyatakan bahwa testamen tersebut di simpan oleh Soeharto yang tak ingin seorang yang berpaham Komunis menjadi pemimpin negara Indonesia ini. Tan akhirnya dipenjara oleh Soekarno selama 2,5 tahun tanpa pengadilan dengan tuduhan bahwa ia akan mengkudeta Soekarno-Hatta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun