Setelah itu kita membandingkan dengan rute jalan menuju kota Makkah. Apa hasilnya? Silahkan cari petanya dan hitung sendiri ya. :)
***
Tidak terasa, sampailah di pantaimu. Aku begitu terpesona akan keindahan yang kau tawarkan disana. Segera aku abadikan pemandangan elok yang hadir di hadapanku. Angin laut seolah berbisik, tengoklah bagian lain di seberang sana. Telingaku mendengar suaramu, aku disini kawan! Di seberangmu.
Tawar menawar jasa perahu disepakati untuk menyeberang. Debur ombak menghampiri. Hening sesaat sesaat ombak menerpa perahu yang kutumpangi. Ada rasa takut. Jujur, aku tidak bisa berenang. Kau mungkin akan mentertawakanku jika melihat ekspresi saat ombak menghantam. Kepasrahanku sepenuhnya dalam kendali dia yang mengatur arah dan ritme kecepatan perahu.
Laut sedang pasang. Cermin yang kau pajang disana hanya memantulkan bayanganmu. Aku membaca sebaris kata dan arah panah. Hatiku mengatakan kau yang menggoreskannya di atas pasir itu. Aku minta perahu mengantarkan ke sisi lain pulau yang kau tunjukkan.
Terbelalak mataku bukan karena kaget. Aku tertegun bukan karena linglung. Di sisi ini aku merasa wajib bersyukur diberikan indera penglihatan yang bisa menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Kuabadikan citra keindahan yang terpancar dari keindahan-Mu yang abadi.
Memoriku mengingat sebuah kalimat. “Innallaha jamiil yuhibbul jamaal”.[iii]
Aku malu pada diriku. Kau sering mengkritik ucapanku yang kasar. Bahkan acapkali protes dengan penampilanku yang tidak indah dipandang mata. Di depan cermin kamar hotel ini aku berkaca. Pantaskah aku bertemu denganmu? Pertanyaan yang mengantarkanku hingga tertidur.
Tanjung Ann, 30032016
Catatan Kaki:
[i] Lihat al-Quran Surat al-Fatihah (1) : 6
[ii] Lihat al-Quran Surat al-Baqarah (2) : 256
[iii] Sabda Rasulullah dalam yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Muslim dari Abdullah ibn Mas’ud.