Mata waktu menatap diri. Mungkin bukan waktu yang statis. Suatu interval yang terus melekat. Semacam wadak dalam perjalanan diri. Tubuh dan jiwa yang intim akan redup dalam pandangan waktu jua. Beralih pada skala yang maha luas. Kita adalah serpihan dari ketiadaan. Dan mata waktu akan menjangkau setiap kesadaran.Â
Kita berjalan pelan ke dinding sepi. Menatap ke diri di cermin yang lebar. Cermin yang tumbuh di halaman sekitar dan tampil di ruas ruas semesta.Â
Akan sampai jua pada titik semula. Hingga semua akan tampak. Dan mata ini terbelalak tajam. Sesal kemudian tiada guna.