Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-Orang yang Selalu Menundukkan Kepala

4 November 2022   08:31 Diperbarui: 4 November 2022   08:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepi mengintai dalam tautan jagat maya. Sensasi otak menyumblim dalam peristiwa lintasan optik, menerkam saraf saraf dalam nano detik. Menjadi obrolan, kegembiraan, menabrak fantasi dan kognisi. 

Sepi mengintai. Sepi mengental. Egoisme yang begitu lunak. Suatu ketundukan manusia pada dirinya sendiri. Pada capaiannya sendiri. Semakin dicari semakin dalam semesta diri. Semakin kosong dan sepi yang hitam. 

Hanya tertunduk. Menundukkan kepala kepala. Di halte. Di ruang ibadah. Di dalam bis. Di antrean karcis. Di meja kerja. Di meja makan. Di atas kasur. Di atas kendaraan. 

Kita begitu begitu khusuk. Begitu tunduk. Begitu patuh pada lintasan virtual dan tawaran yang memanjakan otak. 

Namun, tak jarang, kita lupa tunduk dan khusuk dalam membaca ayatNya.

Baca juga:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun