Farmasi modern masih menyisakan kesimpang siuran. Kita tahu, racikan kimiawi yang tak sesuai takaran dan peruntukan akan mengundang gangguan. Terlebih lagi bila motifnya hanya sekadar cuan.
Tentu, bukan teknik farmasi yang salah, namun, Â ideologi di baliknya. Ya, Â demi keuntungan dan mengakali biaya produksi agar serendah mungkin.Â
Orang orang yang berjibaku di dalam sistem farmasi itu dan budaya industri seakan berlomba dalam racikan terbaik, Atau menyamarkan "kemungkinan" racun yang mematikan. Sehingga kita memang betul betul tergantung dengan obat.
Sedari kecil, mungkin tubuh kita terlalu akrab dengan obat pabrik, hingga pada usia tubuh yang rapuh, sistem tubuh tak mampu lagi beradaptasi dan membangun sistem imun sendiri. Selain kareba faktor gaya hidup, kelelahan kerja dan sebab lain.Â
Namun ketergantungan" obat untuk pemyembuhan yang masih mungkin secara alami hendaknya digalakkan kembali. Banyak industri modern yang telah meracik terapi herbal, Â atau semacamnya.Â
Namun, tentu gurita sistem farmasi akan sulit dilawan, karena beratnya kepentingan materialisme di dalamnya.
Untuk sementara, dalam kasus yang marak pekan ini, Â orang orang akan kembali ke resep nenek. Kecuali untuk pengobatan yang sangat urgen.Â
Dan seberapa sabar dan setianya orang modern dengan resep nenek?Â