Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ingatan tentang Hujan

12 Oktober 2022   10:21 Diperbarui: 12 Oktober 2022   10:25 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan pernah datang sejak awal mula kehidupan. Menetralkan semua cemaran dan menghidupkan ekosistem bumi. 

Hujan mengendap jadi ingatan. Tentang kota yang tenggelam dan kampung yang luluh oleh bandang. Angin dan hujan bercakap cakap menghempas semua harap.

Hujan membawa wajah kekasih. Atap yang bocor. Jembatan tua di pinggir kota. Bulan redup di atas sungai. Saat tanggul pecah, rumah rumah jadi megap. Ingatan begitu menyengat, setitik hujan belum jua mencerdaskan.

Hujan seperti mengejar kita. Berhari berbulan. Kita mencari asupan dan vitamin untuk daya tahan tubuh, demam berdarah mungkin mengintai, di kotaku, 30 ribu orang sedang mengungsi untuk beberapa waktu. Namun walau begitu, hujan tidak bersalah. Hujan hanya rahmat dan, atau isyarat untuk berbenah.

**

Dalam Kumpulan Berburu Hujan, Direncanakan untuk Penerbit Gramedia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun