Hampir semua kita pernah mendengar kisah abu nawas. Kisahnya tidak hanya legenda, namun sebagiannya adalah realitas dan sebagiannya anekdot yang dinisbahkan padanya.Â
Suatu hari Abu Nawas bermimpi menikah dengan anak tuan qadhi saat itu, Â anak seorang hakim urusan agama. Mendengar hal itu sang hakim malah meminta mahar kepada Abu Nawas. Abu Nawas tak bisa menolak, tepatnya ia tak bisa menolak, si qhadi bersikeras untuk meminta maharnya.Â
Keesokan hari, Abu Nawas menyuruh murid muridnya untuk melempar rumah tuan Qadhi. Kejadian itu berlangsung sore hari, Â selepas sekolah sore. Mereka tak merasa curiga sekiditpun dengan perintah aneh Abu Nawas itu.Â
Secepat kilat, bagian depan rumah tuan qadhi hancur berantakan, Â kaca jendelanya juga pecah berserakan di halaman depan.Â
Tuan qadhi menuntut Abu Nawas. Dia melapor ke Raja Arrasyid. Abu Nawas menjawab enteng tentang alasannya melempari rumah tuan qadhi:
"Tadi malam saya bermimpi melempari rumah tuan Qadhi ini, baru sore tadi bisa saya tunaikan".... Singkat cerita,Â
Raja meluruskan perkara tersebut. Abu Nawas mendapat kembali biaya mahar yang telah ia berikan kepada sang qadhi.
 Tapi rumah tuan qadhi tanpa ganti rugi. Karena seorang pejabat hakim/qadhi tak sepatutnya bersikap seceroboh itu dalam satu perkara. Baca juga : Abu Nawas jd Menteri: https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/62aa7a5fbb448654d5196553/abu-nawas-jadi-menteri
Sumber: Kisah Lisan dari Kakek, sekitar tahun 80an.Â