Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kota yang Terbakar

4 Oktober 2022   07:51 Diperbarui: 4 Oktober 2022   07:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini tak ada hujan. Daun daun telah bisu. Hanya atap atap kota yang luruh dalam rimah-debu. Mimpi dan gairah telah membakarnya. 

Jiwa jiwa tersangkar dalam tubuh, tersangkut pasa pesona lampu lampu kota dan layar kaca, tersihir populerisme jagat maya sang influencer.

Hanya hujan yang asam,  atau hujan yang membawa logam (kata Goenawan),orang orang saling bersebelahan, membakar tubuhnya dengan kesepian yang baru. 

Tak ada hujan di sini. Hanya debu yang tajam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun