Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersesat di Warung kopi

20 September 2022   23:13 Diperbarui: 20 September 2022   23:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi waktu yang cemburu,  atau pada malam yang  cemberut,  secangkir kopi membawamu ke ladang. Ke lahan lahan perkebunan kopi, tinggi dan sejuk. 

Engkau masih mendengar suara sendok yang beradu dengan gelas. Engkau mengaduk sajian kopimu dengan tenteram dan khusuk. 

Suara kopi yang diseruput itu seperti tarikan kemenangan para petani di musim panen, produksi meningkat dan ekspor berkembang. 

Engkau terdiam di ujung cangkir. Saat sang istri menggedor gedor kepalamu. Dia membayar sisa hutang kemarin dan mengajakmu pulang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun