Puisiku mencatat negeri yang batuk. Ironi yang membentur logika. Taman bunga yang ditimpa kemarau.Â
Orang orang berteduh di bawah hujan. Â Akar akar pohon telah sepi. Suara suara membentur dinding birokrasi. Kita menyuapi para petinggi, menyekolahkan anak mereka di luar negeri.Â
Sebagian kami makan sehari sekali untuk berhemat. Sore hari dan malam hari kami melawan batuk.Â
Esok pagi, kami menjangkau iklan kemakmuran dan persaingan global