Di taman Ratu Shafiatuddin, hanya sepi, sayang. Bangku bangku taman yang bisu. Bunga bunga menggenggam asa kota yang melawan lapuk. Gedung gedung merayap naik.Â
Udara menguap menjadi asam. Asap asap postmodernisme yang gagah. Setiap kendaraan yang lewat tak mengingat wajah sang Ratu.
Mungkin kita atur jadwal membaca kitab Bustan Salatin, kitab kearifan raja Aceh
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!