Aku ingin pulang ke dadamu. Melepas pakaian tebal yang kumal ini. Menggantinya dengan sayap baru. Biar kutatap matamu dari dekat.Â
Sayap lama  telah luka, robek dalam pendakian dan jelajah waktu di badai malam. Dan perjalanan begitu sesak, begitu padat.Â
Kini aku membayangkan sebuah pelukan. Sekecup sambutan. Sekedip penerimaan. Aku ingin pulang dan tenteram. Tentu, jarak dan interval rindu akan selalu membuatku tersedak-penat.
Ke arah dadamu seperti membayar rindu dengan ombak, sampai aku bisa bersedekap dengan angin: Membuang angan. Melebur segala ingin. Tak ada lagi sepi yang dingin.Â