Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Si Pemulung

24 Mei 2022   21:17 Diperbarui: 24 Mei 2022   21:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hampir saban waktu aku melihatnya. Melintasi pinggiran kota, dengan motor dan becaknya. Sendiri. 

Sering tubuhnya terimbun oleh kardus kardus bekas yang  ia kumpulkan sepanjang jalan. Dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. sepanjamg waktu. 

Tubuh,  wajah,  pakaian dan penampilannya tampak begitu legam oleh debu, kusam dan kumal. Matanya keruh. Rambutnya keras. Belakangan dia sempat bermain HP juga, saat ia antre makanan. 

Sesekali ia tampak makan di warung, mungkin tidak bayar. Di warung nasi dan gerai jus itu, dia setiap pagi membawa sampah ke pembungan. 

Tumpukan sampah itu ia bawa dengan becak tuanya, bersama aroma bau dari sampah tadi. 

Aku tak tahu kisah lainnya. Apakah dia sudah berkeluarga, memiliki tempat tinggal, beribadah selazimnya orang orang disini. Aku tak tahu. 

Karena yang kutahu ia terus menerus memulung kardus dan sejenisnya, dari pagi sekali hingga akhir senja. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun