Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ilusi

8 Februari 2022   22:17 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:25 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dok. Pixabay. Kompasiana. Puisi Ilusi.

kita selalu membuat gambar gambar
di dalam kepala. gambar bergerak dan menarik narik.

kita pikir, itu kerja otak. otak hanya mekanisme. Tuhan telah Merancang Mesinnya Bekerja, kesadaran telah menjaga setiap tautannya, hingga pikiran bermunculan.

memori di dalam otak bagai server yang selalu tersedia dan siap dibuka kapan saja. ketiadaan ingatan tidak menandakan ketiadaan memori.

Sedari awal kita selalu terkesan dengan impresi. kita dapat dari pengalaman badan. mata.telinga.dan seterusnya.

kita menangkap impresi itu. sadar atau tidak. ia melekat. melekat lewat sugesti. semua yang tampak oleh kita dari gelombang media adalah sugesti dan impresi.  para kapitalis memanfaatkan mekanisme ini: mekanisme ilutif,  kadang tampak logik.

mereka memanjakan kita dengan tautan tautan yang berkilatan, cepat,  asyik,  sesuai lompatan syaraf. 

mereka merancang gambar sebagaimana penerimaan otak. di antara tautannya adalah kesenangan, namun kesenangan yang tak meresapi makna abadi akan jadi ilusi: melalaikan dari hakikat pencarian, dan kita semakin jauh.kita semakin tidak manual,  tidak asli.

sementara citraan yang terbentuk di pikiran dan kesadaran akan dihamparkan (ditampakkan) kemudian.

Berbahagialah yang bisa membedakan kebenaran dan kesalahan. ia bagai memisah air dan buih, bukan sekadar hitam dan putih. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun