Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Konvoi dan Arogansi

28 Januari 2022   08:53 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Konvoi dan Arogansi

***

Saya belum baca kapan bermula sejarah konvoi ini di Indonesia,  dalam hal apa itu dilakukan, sehingga kita bisa menarik pelajaran sambil mencerna motif motif lainnya. Faktor ini penting agar dapat ditilik urgensi konvoi itu.

Konvoi dalam bentuk ini pernah diawali pada masa Qarun yang akhirnya ditelan Bumi. Qarun berkonvoi mengarak hartanya di hadapan masyarakat dengan maksud unjuk kelayakan harta!.

Secara mobilitas,  konvoi itu adalah bagaian dari demontrasi. Bahasa negasi untuk konvoi yang viral dibincangkan sekarang adalah " unjuk gigi" atau untuk siapa gue.

Entah itu diucapkan atau tidak,  tapi konvoi konvoi dalam bentuk komunitas yang khusus, dengan gaya hidup yang sama dan berfiliasi dengan tim prosedur keamanan,  adalah semacam bahasa isyarat tentang Status Sosial: walau misalnya,  ada sesi bagi nasi bungkus di sepanjang jalan,  misal.

Sepenting apapun konvoi itu,  tetap ianya merusak tatanan jalan raya,  apa lagi hanya sekadar  unjuk gaya hidup dan komunitas hobi. 

Sangat sulit mencari pembenaran dalam mengambil hak jalan orang lain,  yang diakui sebagai jalan umum.

Apakah yang berkonvoi itu,  mau mengambil waktu paling sunyi di jalan raya? di malam hari yang kental?  tentu tidak,  karena konvoi itu adalah bahasa demontrasi egosentris, apa lagi bila  mendapat legalitas" dari elite/penjabat.

Maka serangkaian bentuk konvoi yang hanya sebagai "rekreasi" kepuasan gaya hidup merupakan arogansi. Bentuk kesombongan yang tersembunyi,  yang mungkin lebih berbahaya.

Selebihnya,  ini hanyalah penampakan dari masih rapuhnya sistem sosial kita yang seakan melestarikan "strata sosial" tertentu,  dalam sistem pelayanan di bidang apapun, utama di bidang hukum.

Dan celakanya,  pemanjaan" strata ekonomi atas ini adalah sumber kehancuran sebuah negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun