beri aku secangkir kopi lagi!,
kopi tidak membuatku mabuk,
katamu malam itu.
lalu kau seruput kopi
seakan membaca surat
tentang kelana
dan peristiwa yang jauh.
di dalam secangkir kopi itu
engkau membayangkan
petani kopi,
ladang ladang
tebing tebing
anak istri
dan industri,
atau gadis cantik
yang menyajikan kopimu.
katamu lagi,
satu cangkir kopi
bisa engkau netralkan kemudian
dengan beberapa gelas air putih,
itu perlu agar darah dan jantungmu harmoni.
(kini, beri aku secangkir kopi
yang kental dan nakal, kataku)