Pandangan Receh tentang Puisi puisi di  Kompasiana
Ini sekadar pandangan pribadi saja. karena masih tergolong muda di kompasiana, dua bulanan, maka yang kusampaikan ini hanyalah pandangan receh. pandangan yang boleh diabaikan begitu lalu.
Pernah kutilik, dalam  sejam ada banyak puisi yang muncul, sampai lima dan sepuluh. bisa jadi dalam sehari ada seratusan lebih artikel puisi.
Tentu kesemua puisi puisi itu beragam latar dan orientasi dengan gaya dan khas tersendiri. puisi puisi membawa keindahannya sendiri. walau mungkin bisa jadi ada keindahan yang normatif-akademik. namun, kadang puisi melampaui logik, dan membangun sintaksisnya dengan mandiri, sesuai suasana batin dan pengalaman si (katakanlah) si penyair.
Puisi puisi alam dan sosial banyak mewarnai dinding Kompasiana. begitupun puisi eksistensial dan beberapa puisi yang kontemplatif, Mbling juga ada, beberapa ada puisi lugu/percobaan awal. agaknya sedikit yang absurd, samar yang akut.
Tentu puisi puisi di atas lahir dari tangan tangan kreatif dengan jiwa aktif terbuka dan siaga, meracik gejala dan peristiwa menjadi sekumpulan makna.
Secara normatif, nilai puisi adalah keindahan, daya, dan maknanya. juga mungkin pengalaman penyair di dalamnya. sebagian puisi bisa bicara" sendiri, tanpa membias kata. tapi lainnya tidak, puisi membuka ruang jelajah impresi dan referensial, puisi menjadi seni kata tersendiri, dengan usaha usaha estetis dan penuh diksi.
Dari segi makna puisi, Kompasiana berhasil memediasi antara ekspresi, seni dan (sekaligus) komoditas kreatif pada era industri sekarang. Dan masing masing kita memetik hikmahnya sendiri.
entah sekadar jejak puitik atau menjadi sesuatu yang megah dan antik.
Menurutku, puisi puisi di Kompasiana bisa mewarnai kemajemukan puisi Indonesia dan bahkan bisa mewarnai kemajuan puisi Indonesia. tentu lewat publikasi, promosi dan edukasi secara kuktural.
Taufik sentana: menyukai wacana dan term puitika sejak 1994 serta kaitannya terhadap kreativitas kebahasaan.