Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekuncup Bunga

8 September 2021   01:16 Diperbarui: 8 September 2021   01:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepi, tiada tanya, tiada rupa, tiada pura, tiada para, tiada apa apa. Hening cipta, mungkin pengecualian bagi kelopak Naga, tiada merespon sekuncup bunga.

Sekuncup bunga merekam cerita seharian penuh dalam tarian cahaya, tasbih dalam warna, aroma, hasrat dan pengabdian siklus. Dan pengecualian bagi si sedap malam.

Puncak sirna bukan pada sekuncup bunga.takdir baru pada titahNya memadu dalam roda peristiwa. Mekar dan ketiadaannya bukan akhir cerita bunga.

Walau sekuncup bunga akan lusuh-rebah pada saatnya, lemas-terkulai mendekap tanah, kosong dan damai, lebur dalam keindahan baru pada sistem kosmos yang paling simpel, menyerah dan pasrah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun