Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novelet 8: Dia Mendekap Pagi seperti Mendekap Ibunya

3 Agustus 2021   18:55 Diperbarui: 3 Agustus 2021   19:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi selalu hadir dari kejauhan malam yang penuh rahasia. Rahasia diantara harap,laknat dan takut.

Pagi menjalar ke ujung kaki seorang lelaki. Yang kakinya putih dan jernih seperti kaca.

Pagi terus merambat ke ujung ubun si lelaki.

Lelaki itu menikmati embun pada daun, sambil ia perhatikan burung burung kecil bekejaran di pohonan rendah dekat kolam rumahnya.

Lelaki itu mendekap pagi seperti ia mendekap ibunya. Pagi telah menjadi awal cintanya pada keindahan hidup.

Keidahan pagi telah ia petik di tepian laut
Atau ia petik dari  curamnya tebing di kaki bukit.
Sedang bukit bukit itu dikelilingi ragam tumbuhan liar, dan sebagian lagi dimiliki para petani.

Di ujung siang, si lelaki menyangka bahwa pagi akan terus menyertai. Dan pagipun beranjak tanpa menoleh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun