Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Potensi Kreatif Sejalan dengan Perkembangan Individu, Ini Tahapannya!

3 Agustus 2021   01:10 Diperbarui: 3 Agustus 2021   01:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara praktis, potensi kreatif itu berkembang secara bertahap sesuai periodenya masing masing dengan kekhasannya sendiri. Adapun secara azali, potensi kreatif tadi build in dalam proses kejadian manusia, maka potensi manusia itu "terdorong" oleh sifat sifat ilahi dalam menuju kesempurnaannya yang berpadu pada tabiat ruh, nafs dan akal.

Puncaknya, menurut sebagian pakar dalam catatan Hasan Langgalung, potensi kreatif dan perwujudannya tampak pada usia 25 tahun hingga usia 60 tahun, baik di bidang ekademik, sosial-politik dan ekonomi (informasi-digital) atau bahkan seni.

Perlu diingat juga bahwa perkembangan  proses kreatif tadi sudah muncul sejak usia sekolah dasar, menengah dan sekolah  tinggi, dengan sifat sifat kreatif yang menonjol seperti karya yang khas, pengalaman luas, kebaruan, penerimaan sosial, rasa ingin tahu dan penyelesaian masalah atau resiko yang diambil.

Perlu disampaikan pula bahwa, ada penurunan daya dan pengalaman kreatif pada usia akhir SD dan Menengah Pertama, lalu berkembang kembali di Menengah atas oleh dasar kemandirian individu dan tantangan lingkungan sekitar hingga masuk ke dunia kampus.

Adapun penurunan daya kreatif tadi ditengarai karena banyaknya prosedur dan instruksi serta kekakuan belajar yang mereka terima sejak TK hingga kelas 4 SD sedang mereka sulit "menolaknya".

Berdasarkan atas pengantar di atas maka ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan potensi kreatif yang sejalan dengan kematangan Individu.

Pertama, memerhatikan stimulus kreatif
bagi anak usia sekolah dasar dan menengah berdasarkan kecenderungan minat ataupun tantangan yang relevan dengan usia mereka.

Kedua, membiasakan diri dengan berfikir terbuka, berbicara dengan luwes, tegas, mandiri dan kejujuran dalam berkarya secara orisinil dalam bidang apapun.

Ketiga, agaknya sekolah berbasis proyek belajar dengan prosedur yang tidak kaku dapat melipatgandakan potensi kreatif siswa usia sekolah dasar hingga berkembang di sekolah menengah dan kampus. Adapun di rumah, pengalaman yang beragam dan interaksi yang harmonis akan dapat memantik kreativitas sejalan dengan kepribadian anggota keluarga.

Empat, bila kreativitas itu ada batasnya, maka batasnya adalah upaya total dalam mengembangkan diri pada bidang yang diminati sambil terus membangun interaksi antarlintas disiplin ilmu. Pihak sekolah dan orang tua (juga pemerintah) mesti dapat memediasi kemunculan potensi kreatif itu secepat mungkin berdasarkan gaya dan karya orisinil si anak dalam bidang apapun.

Kelima, pendekatan "Bismi Rabbik" (mengiringi karya dengan nama Allah) merupakan acuan umum yang ditawarkan pendidikan Islam dalam mengeksplore kemampuan kreatif manusia. Hal itu ditujukan agar capainnya tidak menolak fitrah kemanusiaanya, lalu sejalan dengan misi kekhalifahan untuk memakmurkan bumi. Serta munculnya sikap tunduk dalam menyembah Allah lewat wujud karya berupa gagasan, pendekatan baru, penemuan atau keputusan penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun