Instalasi Sajak
Ia tak bisa melompat.
singgah di tikungan maut
dan meraba suara jam
sebelum senja berpaut.
Kata kata itu hanya merambat,
bahkan sampai
ke pundak
yang penuh asam laktat:
antara tuah dan serapah.
Ini mungkin bukan monolog penting.
Tapi  warung kopi  adalah tempat yang paling jujur dalam realitas kita. Seakan tanpa batasan, waktu dan usia, tergantung kondisi. Tergantung niat kita
ingin berbuat apa.
Di warung kopi, kita bisa membahas apa saja. Kebaikan dan keburukan seperti asap dan kabut.
Ingin tahu keadaan satu kaum, datanglah ke warung warung dan simak yang mereka bincangkan. Atau bandingkan dengan tempat ibadahnya.