Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menulis dan Rasa Bahagia

28 Juli 2021   16:43 Diperbarui: 28 Juli 2021   17:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


__"Namun demikian, menulis tetap menyelipkan ruang bahagia sendiri. Ruang yang sesuai dengan makna bahagia bagi penulisnya. Makna bahagia itu  lazimnya menyebar pula ke alam bawah sadar para pembaca."___

Tere Liye menyampaikan, bahwa ia pernah melihat seseorang sedang asyik membaca novelnya di sebuah kereta api.
Tere Liye sendiri sedang berdiri di dalam kereta itu, ia bahkan tidak langsung mengatakan, Aku Lhoh, yang nulis novel ini.

Dari sini kita tahu, agaknya Tere Liye telah bahagia dengan melihat karyanya dinikmati orang lain, berdampak, bermanfaat dan memberi perubahan.

Pada awalnya, sering disebut bahwa kebahagian itu bisa muncul setelah tulisan itu rampung. Lalu radius rasa bahagia itu seakan terus melebar sesuai capaian dan sejauh mana tulisan itu dapat diakses dan bermanfaat bagi pembaca.

Cuma, bisa saja, bahagia dalam menulis hanya semu. Sebab yang ditulis bertolak belakang dengan standar nilai yang relevan. Banyak tulisan dan cerita "murahan" terkenal, tapi menyebelahi moralitas dan rasa ketuhanan.

Belakangan ada sebutan sastra ungu (merah jambu), yang diidentikkan dengan kebebasan perempuan yang ingin terlepas dari subyektivitas laki laki dan menolak hal yang umumnya dianggap tabu.

Namun demikian, menulis tetap menyelipkan ruang bahagia sendiri. Ruang yang sesuai dengan makna bahagia bagi penulisnya. Makna bahagia itu  lazimnya menyebar pula ke alam bawah sadar para pembaca.

Secara personal menulis akan menjadi medium ekspresi yang memungkinkan si penulis untuk mengeksplor gagasan dan pengalamannya menjadi struktur wujud yang baru. Ini adalah langkah yang membahagiakan secara psikologis.

Demikian pula bila tulisan tersebut bisa diakses secara luas, lewat penerbitan dan media lainnya. Apalagi bila mendatangkan benefit finansial, tentu akan menambah rasa bahagia tadi.

Namun sejatinya, kebahagian tadi selalu terpaut pada kultural, saat tulisan itu berdampak bagi pembaca. Dapat pula  memperluas perspektif dan penghayatannya terhadap nilai hidup beserta romantikanya.

Yang lebih utama adalah saat nilai dalam tulisan itu menjadi orientasi dan pijakan bagi pembaca, maka kebahagian yang diterima oleh penulisnya akan berlipat, selama ia tulus dan ikhlas untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun