Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setitik Galaksi Setelah Matahari Meninggi

25 Juli 2021   13:13 Diperbarui: 25 Juli 2021   13:37 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setitik Galaksi setelah Matahari Meninggi

1//
Rindukupun meleleh
membelah selat selat peristiwa
dari jarak dan jejak di jarum waktu.

Rindu adalah kata yang sepadan
diantara penantian, pencarian dan pertemuan kembali.

Sayap sayap rindu itu berkelepak kelepak, luluh-hilang-lantak. Ia menjangkau sinar dan cahaya, atau padam dalam takjub.

Rindu itu ada kalanya bagai mata bening si anak kecil yang jenaka. Atau bagai tangkapan mata kekasih yang serba salah dan penuh pasrah.

Matahari meninggi dan rindu terus meleleh, menyusup ke kefanaan diri
dalam adukan cawan gairah, atau ia adalah  anak panah ke puncak usia

2//
Aku si titik galaksi yang meluas
dan belajar memahami ketiadaan
di sini, setiap gairah saling berkejaran,
setiap gairah mendorong ambisi
untuk menggenggam dan memiliki.

Orang orang ingin kembali
tapi tak bisa berbagi dengan waktu.
Diantara semesta dan galaksi galaksi,
kita hanya setitik pasir yang terkikis, menepi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun