Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

How to Happy?

24 Juli 2021   19:46 Diperbarui: 24 Juli 2021   20:50 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

How to Happy?

Di antara pelajaran yang bakal tak pernah selesai dipelajari adalah tentang belajar bahagia, how to happy. Itulah usaha harian kita secara moril, materil ataupun spirituil.

Kita menyelaraskan bahagia dengan capaian, perasaan, pikiran, penerimaan dan respon respon yang kita pilih ataupun spontan.

Semakin berakal dan semakin pandai kita, semakin kita menyangka dan percaya, bahwa kita akan bahagia sesuai keinginan semata. Itulah deskripsi umum yang tampak oleh kita.

Orang orang modern terus belajar bahagia lewat "hukum yang tak tampak", realitas di luar diri manusia, katakanlah semacam kausalitas, gaya-tarik, panggilan semesta.

Itu terjadi karena mereka, manusia modern itu (terpelajar, sunyi dan kosong), menggunakan batasan batasan akal yang memang terbatas, walau mestinya Akal juga bisa sampai pada Hukum si Pemilik Bahagia itu.

Maka muncullah ajaran universal (langit) lewat misi para Nabi dan Rasul guna menyelaraskan makna belajar bahagia, dalam batasannya yang fitrawi, nilai moril dan melampaui fisikal.

Mazhab yang paling berani mungkin mengatakan, bahwa manusia mencipta kebahagiaannya sendiri. Tapi dapatkah manusia Menguasai Otoritas/Kemutlakan di luar dirinya? Bagaimana dia bisa menjamin kebahagiaannya, sementara perjalanan dirinya saja tidak dapat dia "nalar" secara utuh.

Singkatnya, manusia hanya bisa menempuh jalan bahagianya sesuai nilai yang ia yakini, mengikuti alur HukumNya dan melampaui bahagia majazi.

Kelak, si manusia akan memahami haqqul yaqin bahwa ada Kebahagiaan Tinggi yang Dijanjikan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun