Mohon tunggu...
Taufiq Randi Ismail
Taufiq Randi Ismail Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Budiman Cinta Lingkungan Dan Suka Menabung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muda Jiwaku, Bertani Passionku

13 Mei 2019   22:37 Diperbarui: 14 Mei 2019   16:06 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Mahasiswa belajar bertani tanaman bawang/Dokpri

"Kayaknya lulus dari Fakultas Pertanian, aku mau kerja diperbankan aja deh, lebih menjajikan sama menguntungkan", ujar salah satu teman kampusku.

Saat ini, hanya sedikit pemuda yang tertarik pada sektor pertanian. Dalam sebuah rilis pers, Dra. Haning Romdiati, M.A selaku Kepala Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa rendahnya minat generasi muda terhadap profesi tani mengancam kedaulatan produksi pangan Indonesia di masa depan. Melihat sektor pertanian Indonesia yang terlihat "jalan di tempat" membuat para pemuda enggan terjun di bidang pertanian karena dianggap tidak menguntungkan.

Tergeser Oleh Sektor Lain

Keinginan suatu daerah untuk menjadi daerah industri membuat sektor pertanian semakin tersapu. Padahal, pertanian merupakan salah satu sektor vital dalam menghadapi perkembangan populasi masyarakat di Indonesia yang kian membengkak dengan pertambahan jumlah penduduk sekitar 2-3 juta jiwa per tahun. Kondisi yang vital dan strategis ini secara keseluruhan, sektor pertanian tidak dapat tergantikan oleh sektor lainnya.

Ironisnya, saat ini, Indonesia yang berstatus sebagai negara agraris lebih mengedepankan sektor industri. Banyak pihak beranggapan bahwa dalam konteks pembangunan, semakin sedikit jumlah petani yang ada, maka semakin efisien proses budidayanya. Padahal, berkurangnya jumlah petani akan berimplikasi pada penurunan ketersediaan produk dalam negeri serta tergerusnya lapangan pekerjaan. Pasalnya, pertanian merupakan sektor yang berkontribusi sebesar 40% pada lapangan pekerjaan di Indonesia.

Hal lain yang menjadi pemicu stagnansi sektor pertanian adalah dikonversinya lahan pertanian menjadi permukiman, tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan sebagainya karena dianggap lebih menguntungkan. Apabila lahan pertanian digantikan, lalu bagaimana kita memproduksi bahan pokok pangan? Import lagi? Kapan budaya konsumtif di Indonesia diganti dengan budaya prodiktif?

Sebagai informasi saja, Belanda, negara subtropis, yang luas wilayahnya tidak lebih luas dibandingkan Jawa Timur yang daerah tropis, mampu menjadi negara pengekspor produk pertanian sayuran nomor dua di dunia. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah Belanda yang sungguh-sungguh mengembangkan sektor pertanian. Semua kebijakan dibuat berdasarkan riset-riset yang dilakukan oleh para ahli.

Paradigma Petani Generasi Muda

Co-Founder TaniHub, Ivan Arie, mengungkapkan bahwa perlu adanya regenerasi pertanian guna mendukung keberlanjutan pasokan pangan. Target pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas sebagai "lumbung padi" pada tahun 2045 sepertinya akan menjadi mimpi belaka jika permasalahan regenerasi pemuda terus dibiarkan. Bahkan, ada kemungkinan Indonesia akan mengalami krisis pangan di tahun itu; mungkin Indonesia akan menjadi pengimpor bahan pangan yang menggantungkan ketahanan pangan pada negara tetangga.

Ngomong-ngomong, pernahkah Anda mendengar seorang pemuda yang bercita-cita menjadi petani?

Kebanyakan anak muda bercita-cita menjadi pilot, polisi, tentara, nahkoda, dokter, dan profesi lain selain petani. Dalam persepsi mereka, petani adalah pekerjaan yang kotor, menguras keringat dan tenaga, serta selalu berpanas-panasan di bawah terik matahari. 

Tingkat pendidikan mayoritas petani sekarang ini juga terbilang rendah. Menurut data saya dari 25 kuisioner praktikum Sosiologi Pedesaan di daerah Boyolali, hanya terdapat satu petani yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sedangkan lainnya hanya mengenyam Sekolah Dasar (SD) atau bahkan ada yang tidak pernah bersekolah. Salah satu responden mengungkapkan, orang tua zaman dahulu tidak mementingkan sekolah yang terpenting yaitu bagaimana bisa menghasilkan uang dengan bertani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun