Mohon tunggu...
Taufik Ismed
Taufik Ismed Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat Komunikasi dan Sosial

Menulis adalah cara hadir dalam sejarah manusia.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kreativitas Itu Sebuah Keharusan

1 April 2016   10:33 Diperbarui: 1 April 2016   10:42 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kata kreatifitas kini semakin sering di didengungkan. Semangatnya bergema di mana-mana. Kreatifitas menjadi warna baru dalam komonotonan yang menyergap keseharian kita. Kita tenggelam dalam rutinitas, kebiasaaan yang sudah biasa hingga kita bosan dengan itu semua.

Sejak kita lahir hingga sekarang kita didesak untuk harus menurut dunia yang terbiasa untuk datar. Kemonotonan dapat kita rasakan dari kita tidur hingga kita tidur lagi. Kita sudah terpaku dengan jadwal yang stagnan dan tidak berani untuk mendobrak dan sedikit kreatif. Kita bangun, mandi, sarapan, bekerja, istirahat, bekerja lagi, pulang, tidur dan lain sebagainya. Kegiatan yang itu-itu saja. Sesuatu yang dilakukan terus-menerus akhirnya akan menghilangkan gairah dalam melakukannya.

Maka, dengan segala kedataran hidup kita perlu ada kreatifitas. Dan kreatifitas bukan menjadi pilihan lagi. Melainkan sudah menjadi keharusan di era kekinian. Semua dimensi kehidupan kita harus kreatif. Terutama dalam dunia bisnis. Dunia bisnis yang penuh persaingan dan sikut-menyikut butuh sesuatu yang berbeda dan unik untuk keluar jadi pemenang.

Menurut Danial Pink di dalam bukunya “A Whole New Mind” menggambarkan perguliran fase evolusi ekononomi dalam beberapa babak. Babak pertama disebut sebagai “Masa Agraris”. Pada masa ini sumber perekonomian berasal dari bercocok tanam. Dan yang menjadi tokohnya adalah petani. Dan petani sebagai manusia yang menggerakkan perekonomian membutuhkan punggung yang kuat untuk bekerja, yang ditentukan pada pekerjaan berat menanam dan memanen di ladang.

Babak kedua yang berawal pada abad ke-19. Masa ini disebut sebagai “Masa Industri”. Dan pekerja pabrik menjadi pemain utama pada babak ini. Untuk bisa bertahan hidup, pekerja menunggui mesin dan pekerjaan ditentukan oleh jam kerja dan tugas yang berulang dan tentu membosankan.

Berikutnya berlanjut pada babak ketiga yakni “Masa Informasi”, yang berada pada abad ke 20 dan didominasi oleh pekerja yang berpengetahuan. Pada era ini informasi bersileweran dan seperti tanpa batas.  Kebanyakan diantara manusia dan termasuk kita adalah “Anak Informasi” dan pekerjaan ditentukan oleh pengelolaan fakta dan angka.

Fase evolusi ekonomi tidak berhenti di situ. Kini babak baru mulai menampakkan wujudnya. Di abad 21, informasi telah menjadi komoditas. Babak berikutnya adalah “Masa Konseptual”. Dan yang menjadi aktor utama adalah pekerja kreatif. Bentuk kerja pada babak ini adalah sebagai pencipta informasi, tidak lagi mengelola informasi. Cara bertahan hidup adalah dengan terus berpikir kreatif dan tak henti melahirkan inovasi.

Danial Pink memperingatkan kita bahwa mau tidak mau kita akan memasuki era di mana kreatifitas menjadi modal utama. Kita tidak akan bisa membendung gelombangnya. Laripun tidak bisa, karena jika kita diam makan akan hanyut dari persaingan. Cara utama untuk bisa bertahan adalah dengan mempersiapkan diri dan menjadi orang kreatif yang mencintai kreatifitas.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun