"Dompet boleh berganti bentuk. Tapi bijak mengatur uang? Itu tetap harus jadi prinsip yang tak boleh di-DIGITAL-kan."
Beberapa tahun lalu, dompet kita bisa penuh sesak: ada uang tunai, kartu debit, kartu kredit, KTP, bahkan kartu member potong rambut langganan.
Sekarang, banyak orang menemukan dompet mereka menipis. Bukan karena penghasilan yang berkurang—walaupun itu bisa saja terjadi—melainkan karena sebagian besar kebutuhan finansial telah berpindah ke satu benda: SMARTPHONE. Dan di sanalah bank digital bersemayam.
Bank digital bukan lagi sekadar aplikasi mobile banking generasi lama. Ini adalah versi terbaru yang lebih intuitif, lebih hemat, dan—uniknya—lebih membuat ketagihan. Namun, kemudahan ini membawa pertanyaan penting: apakah semua yang praktis selalu membawa manfaat?
Ketika Transaksi Bisa Dilakukan Sambil Rebahan
Beberapa tahun lalu, membuka rekening bank bisa menjadi drama tersendiri. Harus antre panjang, membawa fotokopi dokumen, mengisi formulir manual, dan menunggu hari kerja. Sekarang, cukup unduh aplikasi, isi data, selfie sebentar, dan rekening baru langsung aktif.
Mengacu pada data OJK, pertumbuhan bank digital di Indonesia dalam tiga tahun terakhir meningkat pesat. Nama-nama seperti Jago, SeaBank, Blu by BCA Digital, dan Bank Neo Commerce mulai akrab di telinga generasi muda. Hal ini karena mereka menawarkan kenyamanan dan efisiensi yang kadang tidak ditemukan dalam layanan bank konvensional.
Tidak hanya membuka rekening, bank digital juga memberikan kemudahan transfer antarbank gratis, pembayaran tagihan yang tinggal klik, hingga bunga tabungan yang lebih kompetitif. Wajar jika banyak orang mulai tergoda.
Keuntungan yang Terlalu Menggiurkan untuk Dilewatkan
Bagi banyak orang, bank digital adalah jawaban dari keresahan yang selama ini mengendap: biaya administrasi yang menggerus saldo diam-diam, antrian CS yang tidak kunjung berkurang, hingga sistem layanan yang sering membingungkan.
Dikutip dari Katadata, tren urbanisasi dan gaya hidup cepat masyarakat kota membuat bank digital semakin relevan. Generasi milenial dan Gen Z menjadi segmen utama karena mereka tumbuh bersama perubahan teknologi.
Dalam pengamatan saya, bank digital ini seperti fast food-nya dunia finansial—cepat, praktis, dan langsung kenyang. Namun, pertanyaan yang muncul kemudian: apakah "kenyang" itu sehat dalam jangka panjang?