Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Mengapa Mereka Bersikap Masa Bodoh dengan Penampilan?

9 Oktober 2020   15:31 Diperbarui: 10 Oktober 2020   19:51 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Jane Sundried on Unsplash

Pertama, pakaian yang dikenakannya adalah pakaian "murahan". Warna juga sudah memudar - seperti payet yang tak lagi punya pesona.

Kedua, ia tidak malu dilihat orang ketika ia sedang memunguti buah jambu atau mangga yang jatuh di halaman parkir kostelnya. Ia memungutinya, mengumpulkannya, dan menaruhnya di wadah plastik.

Ketiga, ia juga tak malu mengumpulkan berbagai botol bekas air minum yang dibuang penghuni/penyewa kostelnya. Ia rajin mengumpulkannya setiap hari dalam karung plastik besar. "Dijual, pak," jawabnya ketika kutanya buat apa botol-botol minuman bekas itu dikumpulkannya.

Ya, begitulah! Om Han mungkin dulunya adalah orang yang gigih berjuang, pekerja kerja, dan menghemat dengan menerapkan pola hidup sederhana. Pun di kala ia sudah kaya raya, kebiasaan itu tidak lantas hilang.

***

Ini kisah yang saya baca di Disway (blog-nya Dahlan Iskan).

Almarhum Suwiro Widjojo. Adalah contoh lain yang serupa dengan om Han.

Almarhum Suwiro Widjojo, tulis Dahlan, selalu tampil sangat sederhana. Ia adalah direktur utama perusahaan sepatu di Surabaya, tapi penampilannya seperti orang miskin. Ia lebih sering pakai sandal jepit. Bajunya juga tidak ada yang bermerek.

Alkisah, suatu waktu, saat ketika almarhum mengunjungi Singapura - untuk suatu urusan. Malam harinya ia ingin sekali makan enak: steak daging Kobe. Almarhum Suwiro Widjojo dan rombongan memutuskan pergi ke restaurant "mahal". Di Marina Bay Sand. Gedung nan megah yang pernah beberapa kali saya kunjungi. Di pinggir laut dan menjadi pusat perjudian.

Sampai di restoran fine dinning itu alharhum ditolak masuk oleh petugas restoran. Mengapa? Karena pakaiannya lusuh, dan ia bersandal jepit. Kerabatnya berdebat dengan petugas restoran. Tetapi Gagal. Kakaknya yang tidak mau ribut-ribut, lantas memilih retauran yang lain. Toh, mereka bisa kok mencari tempat makan yang lebih mahal. Pun bisa membeli restoran itu, kalau mau.

Almarhum Suwiro Widjojo (bersama keluarganya) adalah keluarga kaya raya. Ia memiliki 4 (empat) buah pabrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun