Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Derita Menjadi Orang yang "Bukan Siapa-siapa"

26 September 2020   17:28 Diperbarui: 29 September 2020   03:55 2333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang dianggap biasa-biasa saja. (sumber: phototechno via kompas.com)

Mengapa saya tidak berusaha meminjam uang saja? Itulah derita kedua saya menjadi orang yang "bukan siapa-siapa": 

Tak pernah dipercaya orang, sehingga sekedar untuk mencari pinjaman sedikit uang ketika saya kehabisan bekal dan terpaksa makan hanya satu atau dua kali sehari - selama sepuluh hari, pun saya gagal..     

Masa terus berganti. Hari dengan cepat berganti bulan dan tahun. Meski gaji saya hanya 168.000 rupiah per bulan, tetapi - Alhamdulillah, setelah beberapa tahun, saya akhirnya bisa mengumpulkan beberapa juta rupiah, yang setelah saya mendengarkan beberapa saran, akhirnya uang tabungan itu saya gunakan untuk membuka bengkel kecil - bengkel sepeda motor.

Tentu saja saya sangat senang! Saya akhirnya bisa memiliki usaha sendiri dan 2 orang karyawan (saya belum meninggalkan pekerjaan formal saya di Kontraktor).

Tetapi, ternyata, setelah beberapa bulan, entah apa yang terjadi dengan bengkel saya (saya menyerahkan operasional usaha bengkel kepada saudara saya), saya mendadak ingin menutup bengkel tersebut. Musababnya adalah: pendapatan yang terus menurun. Tidak bisa menutupi opex (operating expenditure).

Setelah saya meminta saran dari beberapa orang, saya akhirnya (nekat) memutuskan mendatangi salah satu bank daerah (bank milik Pemprov) --untuk apa kalau bukan untuk mencari pinjaman. Saya lantas membuat proposal pinjaman dan melengkapinya dengan: salinan surat kepemilikan usaha, foto-foto bengkel, aset (daftar peralatan), surat-surat keterangan - mulai dari RT, RW, dan kepala desa.

Dengan sepucuk doa indah, yang kupanjatkan sebelum meninggalkan halaman rumah, saya berangkat menuju kantor bank tersebut. 

Sampai di depan pintu kaca bank, tangan saya bergetar- ragu membuka pintu. Inilah kali pertama saya membawa proposal kredit, menemui orang yang tidak saya kenal. Cerita dari orang-orang yang pernah mengajukan proposal meminjam dan lalu dipimpong membuat saya ragu. But, the story must go on..

Pintu besar berbahan kaca itu saya buka. Saya ditemui oleh security. Saya memberanikan diri mengutarakan maksud kedatangan saya dan saya lantas dibawa ke salah satu staf (mungkin staf bagian kredit). Saya mengenalkan diri. Menjelaskan dengan detail maksud dan tujuan saya, profil usaha saya, dan proposal asli saya berikan kepadanya.

"Maaf, mbak, kapan ya saya bisa memeroleh jawabannya?" tanya saya.

"Nanti kami kabari, ya pak. Saya harus memeriksa dokumennya terlebih dahulu," kata staf yang menemui saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun