Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sisi Gelap Media Sosial: Penipuan, Penculikan, dan Pembunuhan

18 September 2020   20:44 Diperbarui: 18 September 2020   22:19 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Rinaldi Herley Wismanu kini ramai diberitakan dan diperbicangkan setelah pria itu ditemukan termutilasi di lantai 16 Tower Ebony Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan (16/9/20). Jenazahnya rencananya akan dimakamkan di Yogya setelah dilakukan tes DNA.

Jasad pria lulusan S2 Tokyo University yang menjadi manajer HRD di sebuah perusahaan kontraktor asal Jepang itu sungguh mengenaskan. Tubuhnya ditemukan terpotong-potong menjadi 11 bagian dan dimasukkan ke sebuah koper.

Pembunuh Rinaldi Herley Wismanu itu kini sudah ditemukan.

Kedua pelaku, DAF dan LAS, adalah sepasang kekasih. Mereka ditangkap tim Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya di rumah kontrakan mereka di Depok.

Korban mutilasi dan salah satu pelaku (LAS), sebagaimana diberitakan banyak media, berkenalan dan berkomunikasi melalui aplikasi pertemanan Tinder.

Setelah berkenalan melalui aplikasi itu, hubungan keduanya diketahui semakin hangat. Mereka kemudian saling bertukar nomor WhatsApp, hingga akhirnya mereka membuat janji bertemu di sebuah apartemen di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Rinaldi Herley Wismanu sama sekali tak menyangka bahwa orang yang dikenalnya, ternyata, adalah pembunuhnya.

Pembunuhan dan pemutilasian atas korban Rinaldi tersebut menambah deret korban pembunuhan yang diawali dari perkenalan melalui aplikasi petemanan dan jejaring sosial di tanah air. Kita tahu bahwa, selain korban pembunuhan, modus-modus kejahatan berbasis jejaring sosial juga telah hadir lebih dulu dan memakan banyak sekali korban. Penipuan, pemerkosaan, dan penculikan hanyalah sekedar contoh dari sekian banyak kejahatan siber tersebut.

Anda tentu masih ingat kasus pembunuhan tahun 2015 atas korban Deudeuh Alfisahrin alias 'Tataa Chubby' yang tewas mengenaskan di kosannya dengan kondisi badan tanpa busana. Siapa pembunuh 'Tataa Chubby'? Tak lain dan tak bukan adalah customer-nya sendiri. Tata menjual kemolekan tubuhnya menggunakan jejaring sosial. Iklannya kemudian ditemukan dan dibaca sang pembunuh.

Nah, coba Anda sebut, berapa banyak kisah-kisah lain yang serupa Rinaldi dan 'Tataa Chubby'? Jawabannya banyak sekali, kan!

Ya. Begitulah. Media sosial kini bisa bermetamorfosis menjadi monster. Pembunuh dan pelaku kejahatan berada di sana. Mereka menargetkan dan menemukan korbannya di Internet dan jejaring sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun