Setiap hari, di lift, di kedai, di ruang rapat dan di mana-mana, saya kerap memperhatikan orang-orang yang selalu sibuk dengan hape mereka. Baru berbicara sejenak, jari jemari kembali dialihkan ke layar kecil seukuran 4 inchi itu.
Apakah demikian hidup ini? Apakah benar ekosistem sosial berkonvergensi dalam interaksi linimasa yang sesak?
"Aku tak suka menyibukkan diri dengan melakukan editing foto, menulis caption, dan terus-menerus membuka smartphone sekedar untuk melihat apakah ada respon dari pengguna media sosial atas status yang saya tulis? Berapa yang me-like, yang me-retweet, atau apakah follower saya bertambah atau tidak?" kata Frans memberi nasehat, suatu kali.
Interaksi sosial kini berubah menjadi kerumunan yang diformati dalam gelembung-gelembung percakapan yang menyulut-nyulut emosi, yang nyinyir dan sangat provokatif.
Tetapi, selain yang nyinyir, kadang-kadang, saya tetap bisa menjumpai yang mau menegur dengan sapaan yang hangat dan canda.