Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Silang Saling Pendapat Itu Kering Makna?

17 September 2018   12:40 Diperbarui: 17 September 2018   13:17 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harapan masyarakat  untuk mendengarkan perbincangan berkualitas dari para politik elitis menjelang dilangsungkannya kampanye yang sebentar lagi akan dimulai (23/09/2018) tampaknya belum benar-benar akan terwujud.

Alih-alih masyarakat mendapatkan gagasan dan ide-ide awal yang berkualitas, yang terjadi malah para politik elitis tampak saling serang dan saling silang pendapat.

Saling silang pendapat antara pendukung calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo seperti berasa hambar dan gersang akan makna (kalau tidak mau disebut menjenuhkan). Saat Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengkritik "iklan" Jokowi di bioskop, pendukung Calon Presiden Jokowi malah menanggapi kritik dengan sangat sinis, bahkan cenderung tidak perlu, saya kira, karena mereka adalah kelompok masyarakat sangat berpendidikan.

Kritikan Fadli Zon soal "iklan" itu juga tampak agak dipaksakan. Bukankah video "2 musim 65 bendungan" dan video-video lain yang serupa itu sebenarnya sudah tayang sejak bulan awal April 2018? Artinya setelah hampir 6 bulan video-video tersebut ditayangkan di bioskop-bioskop, di 1.641 layar, dan sebelumnya tidak ada masalah, mengapa kini disoal?

Perdebatan lainnya yang dinilai tidak penting adalah wacana debat capres menggunakan bahasa asing. Isu ini bermula saat Fadli Zon dan Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengusulkan agar terdapat sesi Bahasa Inggris saat debat Pilpres 2019. Ini karena, katanya, pemimpin Indonesia akan banyak bergaul dengan pemimpin internasional. Sehingga, mereka mesti cakap berbahasa Inggris.  

Sontak, wacana itu menuai beragam respon. Kubu Calon Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin (Cak Imin) menanggapi bahwa sesi Bahasa Inggris bukan hal penting. Sebab, menurutnya, yang penting adalah bagaimana Calon Presiden dapat menyampaikan visi, misi, dan programnya kepada rakyat. Ketua umum PKB pun lantas berkelakar; kalau memang kubu Prabowo-Sandiaga mau adu keren bahasa, sebaiknya ditambahkan adu Bahasa Arab. Menurut dia, banyak di kubu Jokowi yang mumpuni dalam bahasa itu, termasuk dirinya.

Sebelum saling silang pendapat soal bahasa, media juga pernah ramai gara-gara tulisan Farhat Abbas dalam status Instagramnya; "Yang memilih Jokowi masuk surga. Yang tidak, masuk neraka...."

Serupa dengan isu bahasa, status Farhat Abbas ini juga direaksi banyak kalangan, baik dari mereka yang mendukung Calon Presiden Jokowi dan yang sebaliknya.

Meskipun Farhat kemudian berusaha memberikan klarifikasi dan mengatakan bahwa "Ia hanya berbalas pantun", tetapi reaksi dari banyak kalangan sudah keburu santer dan ramai. Ia akhirnya mendapat teguran dari sesama pendukung Jokowi bahwa penggunaan narasi agama hanya akan memanaskan suhu politik semata dengan dampak yang bisa sangat merugikan.

Banyak kalangan mengatakan bahwa saling silang pendapat dan pernyataan-pernyataan yang tidak penting itu justru membuka fakta bahwa para elitis itu tampak seperti sedang kehabisan ide-ide dan gagasan segar bagaimana mereka membela calonnya.

Kampanye resmi sebentar lagi akan dimulai. Banyak kalangan berharap masyarakat akan mendapatkan cerita perihal program kerja, solusi-solusi dan ide-ide yang ditawarkan terkait sejumlah masalah yang dihadapi rakyat dan negara ke depan. Seharusnya, para tim sukses kian gencar bicara program kerja dan gagasan yang dimiliki masing-masing calon yang dibelanya, bukan malah menyampaikan hal-hal yang tidak penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun