Aksi Presiden Joko Widodo "menunggang" motor besar di pembukaan Asian Games 2018 menjadi sorotan.
Alkisah, aksi itu dimulai ketika iring-iringan mobil kepresidenan terjebak macet, saat ingin menuju Gelora Bung Karno (GBK) untuk membuka ajang Asian Games 2018. Jokowi akhirnya memutuskan naik motor ke stadion agar tidak terlambat. Motor besar nan gagah tunggangan Paspampres akhirnya ia pilih.
'Jokowi' lalu mengenakan helm hitam. Tetap dengan jas formal dan pin merah putih, 'Jokowi' tampak gagah. Ia menghidupkan mesin, melakukan burn, lalu flying melompati truk towing. Adegan selanjutnya, 'Jokowi' ternyata sangat lihat menaiki motor, meliuk-liuk lincah, melewati jalan-jalan kecil belakang gedung-gedung, dan ... alamak, 'Presiden' melakukan pengereman sampai stoppie. Hebat sekali!
Maka, tak urung, aksi Jokowi itu pun menjadi perbincangan orang-orang. Bahkan, media asing pun ikut mengomentari. Â
Namun, setelah ramai, aksi hebat Jokowi itu pun disorot oposisi. Katanya, Jokowi harus jujur menjelaskan soal stuntman aksi ciamik itu.
Selalu demikian, dan seperti biasanya. Selalu dikomentari.
Namun, tulisan saya ini tidak hendak bicara soal ribut-ribut stuntman itu. Soalnya, saya malu. Masak iya saya harus menulis twit ke Thomas Cruise permintaan jujur ke publik untuk menjelaskan aksi stuntman di film Mission Impossible! Saya takut dijadikan bahan tertawaan orang-orang.
Jadi, tulisan saya ini akan berbicara hal yang lain saja, yang faktual dan enak dibuat diskusi.
Bahwa, orang-orang akhirnya kepincut aksi Jokowi menunggangi motor besar nan keren, itu tak bisa disangkal. Di you tube, video aksi itu (dari satu kanal saja) sudah ditonton lebih dari 1 juta viewer hingga sebelum artikel ini saya posting; dengan 31 ribu like dan hanya 800 yang dislike (kurang dari 3 persen yang dislike).
Saya pun, bahkan, harus melihat beberapa kali videonya.
Saya, pun, lalu berpertanyaan; apa sebenarnya yang ingin disasar tim kreativitas Jokowi? Sekedar hiburan atau sportainment kah?