Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Itu Paradoks

13 Agustus 2018   11:22 Diperbarui: 13 Agustus 2018   15:08 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secangkir teh, di sebuah kafe, di kota tua Jakarta, kemarin sore, menjadi teman ketika Baskoro memulai menceritakan kisah-kisahnya. Kisah tentang rasa kesalnya.

Kemarin sore itu, saya sempat-sempatkan menemuinya. Sudah seminggu belakangan, saban hari, saya selalu membaca pesan yang sama di gawai. "Ayo lah mas, kita nge-teh bareng lagi. Pemandangan Kota Tua menjelang malam pasti sangat istimewa."

"Tidak ada ruang sama sekali untuk pengetahuan," Baskoro memulai menceritakan kisahnya. "Sok agamis!"

"Awalnya, Saya hanya memposting bencana gempa Lombok" Baskoro melanjutkan kisahnya.

"Tetapi Ia sibuk dengan rupa-rupa dalil."

"Anita?" Aku berusaha menebak.

"Ya. Anita."

Ahhhh. Dari Anita! Saya kenal siapa Anita.

Anita, wanita yang memutuskan memakai jilbab 2 tahun lalu itu memang tampak berubah. Ia tiba-tiba menjadi sangat religius dan menyukai dakwah. Anita memang kerap menuliskan status-status tentang agama di laman facebook-nya. Itu bagus sekali, aku pikir. Tetapi, ia agaknya lupa bahwa tidak semua orang menyukai dakwah yang disampaikan dengan berlebihan dan menyindir.

Saya sendiri juga kerap merasa mual membaca status-nya. Kata-kata dalam dakwahnya selalu menyalahkan dan sarat pesan provokatif. Bagi orang penyuka dakwah model begitu, pasti akan langsung me-like.

"Saya pernah memposting artikel LGBT. Saya hanya bermaksud ingin mendapatkan pencerahan, pendapat berdasarkan pengetahuan, termasuk diskusi mengenai takdir," Baskoro menggeser kursinya. "Kalau Tuhan memberikan pilihan sebelum setiap jiwa dilahirkan, mana ada manusia memilih terlahir sebagi homo?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun